![]() |
Foto : Tim Program Kreatifitas Mahasiswa Teknologi (PKMT)
Universitas Tidar (Untidar) sedang memamerkan karyanya “Algapatis”
MAGELANG, ME - Berawal dengan melihat keadaan petani padi di Desa Ketro, Kecamatan Kebonagung, Kabupaten Pacitan, Provinsi Jawa Timur yang masih menyiangi gulma mengganggu pertumbuhan padi secara manual. Hal tersebut mambuat tim Program Kreatifitas Mahasiswa Teknologi (PKMT) Universitas Tidar (Untidar) yang yang terdiri dari Feri Irawan (ketua), Zainab Luxfi’I, Samsul Hidayat, Erics Kharisma dan Ryantika Dyah Safitri, menciptakan karya, yaitu alat untuk membantu petani dalam mengatasi gulma dengan menghemat tenaga, waktu dan biaya. Algapatis namanya.
Dalam rilisnya, Feri Irawan menyampaikan, Algapatis dapat
membantu para petani mengatasi gulma. Sekali kerja, petani dapat menyiangi
gulma sekaligus memberikan pupuk untuk tanaman padinya.
Algapatis memanfaatkan gaya tekan saat roda berputar dan gaya
berat yang diberikan oleh rangka alat dan pupuk di dalam bak penampung. Ketika alat
ini didorong maka mata-mata besi yang ada di roda akan melakukan pencabutan dan
pembenaman gulma yang ada disekitar padi. Bersamaan ini pula knock yang ada pada
bodi roda akan mengungkit tuas yang dihubungkan dengan pintu saluran pupuk sehingga
pintu saluran pun akan terbuka dan pupuk akan jatuh tidak jauh dari tanaman padi
karena pemasangan knock disesuaiakan dengan jarak tanam padi.
![]() |
Foto : Seorang petani sedang menyiangi gulma menggunakan Algapatis
“Menggunakan Algapatis dapat membantu para petani
mengatasi gulma. Sekali kerja, petani dapat menyiangi gulma sekaligus
memberikan pupuk untuk tanaman padinya,” ujar Feri.
“Keunggulan Algapatis dibandingkan dengan alat pertanian konvensional
adalah dapat melakukan 2 fungsi sekaligus dalam satu waktu,” jelas Feri.
Pembasmian gulma secara manual memakan waktu sampai 3
hari dengan luas lahan kurang lebih 500 m² dengan rincian kurang lebih 8 jam
per harinya, sedangkan jika menggunakan Algapatis hanya diperlukan waktu kurang
lebih 1 hari per harinya.
Pada lahan yang luas nya 500 m² membutuhkan waktu 3 hari
dengan biaya Rp 50.000,00 (Rp 50.000,00 x 3 hari) maka total biaya yang
diperlukan untuk membayar pekerja selama 3 hari senilai Rp 150.000,00. Biaya
tersebut belum termasuk keperluan tambahan lain. Tentu jumlah itu tidaklah
murah bagi para petani. Apalagi jika harga jual padi per kilonya hanya Rp
1.500,00 sampai Rp 2.000,00.
“Algapatis dirancang sesuai dengan kebutuhan para petani
Indonesia yang selama ini kesulitan dalam perawatan padi khusunya dalam
penanganan gulma. Semoga Algapatis dapat membantu peningkatan produksi Padi di
Indonesia,” pungkasnya. (Fer/Dn/Red)
0 Komentar