IKLAN


 

Guru Besar Undip, Siap Dampingi KTH Blora Budidaya Sorgum

          Prof. Dr. SINGGIH SULISTIYONO

"Yayasan SMART Tani Blora siapkan kembangkan budidaya tanaman pertanian sorgum atau yang biasa disebut bagi petani Jawa yaitu jagung canthel, lahan yang menjadi target adalah lahan hutan yang masuk dalam program Perhutanan Sosial KHDPK yang dikelola oleh Kelompok Tani Hutan atau KTH"

Sorgum yang telah dipanen siap untuk diproses menjadi beras dan bibit unggul

Budidaya Tanam Sorgum
BLORA, ME - Dalam rangka meningkatkan produksi pertanian dan  ketahanan pangan nasional pada umumnya dan Kabupaten Blora pada khususnya, Yayasan SMART yang berdomisili di Jl. Kunduran - Todanan, tepatnya di Dukuh Gayam, Desa Kedungwungu, Kecamatan Todanan berupaya mengembangkan komoditas pertanian unggul yaitu tanaman sorgum.

Rupanya tanaman sorgum itu tidaklah asing bagi petani di Kabupaten Blora, mereka menyebutnya dengan jagung canthel, jaman dulu sudah pernah ada, sebagai produk pangan masyarakat, beriringan dengan komoditas pertanian lain seperti padi, jagung, ketela dan umbi - umbian, dan di tengah masifnya program swasembada beras oleh Pemerintah, sorgum atau jagung canthel itu seakan menghilang dari lahan pertanian rakyat.

Melihat kondisi itu, hadirlah Profesor Singgih, Guru Besar dari Universitas Diponegoro, yang asli dari Desa Doplang, Kecamatan Jati, salah satu wilayah di Kabupaten Blora ini, berupaya untuk mengembangkan budidaya tanaman sorgum, yang ternyata memiliki banyak manfaat, bagi ketahanan pangan, pakan ternak dan bio energi.

Menurut Prof. Singgih panggilan akrabnya, sorgum memiliki manfaat keuntungan yang berlipat untuk kesejahteraan petani, dikarenakan harganya bernilai ekonomi lebih tinggi daripada beras, jagung atau pun kedelai, yang harganya selalu turun saat panen raya, dan rawan dipermainkan oleh para tengkulak, hal itu disampaikan kepada Monitor Ekonomi saat bertandang di Kantor Yayasan SMART Tani di Todanan, Kamis (15/8/2024) kemarin .

"Saya ingin mendampingi para petani kita, terutama kelompok tani hutan atau KTH, yang lahannya cukup luas di Blora ini, untuk bertanam sorgum, dengan teknologi pengolahan lahan yang baik, modern, dan kerjasama dengan para stakeholder di Blora, mari kita bersama - sama mensejahterakan rakyat kita, terutama untuk para anggota KTH, dengan menanam komoditas tanaman pangan yang bernilai ekonomi lebih tinggi, multiguna dan rantai pasok dari hulu hingga hilir tersalurkan di pasar yang luas," papar Prof Singgih kepada Minitor Ekonomi.

Budidaya Sorgum di lahan KTH Bumi Asri, Dukuh Gelam, Desa Kedungwungu, Todanan

Multi Manfaat Sorgum
Sorgum atau yang biasa disebut jagung canthel itu, ternyata memiliki manfaat yang multiguna, namun pola tanamnya relatif lebih mudah, karena komoditas ini termasuk tanaman yang bisa hidup di lahan - lahan kritis atau daerah kering, atau yang kurang air, termasuk bekas hutan. 

Secara fisik, memang mirip dengan tanaman jagung, dari daun dan batangnya, namun ada perbedaannya, sorgum batangnya lebih tinggi menjulang, dan sekali tanam dan pasca panen bisa tumbuh kembali 2 kali lagi, jadi bisa panen 3 kali dalam setahun dengan masa tanam sekali. 

Butiran sorgum bisa menghasilkan panen 3 - 4 ton per hektar, untuk diproses menjadi beras dan tepung, sedangkan untuk batangnya yang manis  dan daunnya bisa dipanen untuk pakan ternak, gula cair, dan bahan baku bio energi, menghasilkan 20 - 30 ton per hektar.

Di tempat yang sama, Kepala Desa Kedungwungu, Marsoni, sangat mendukung budidaya sorgum di wilayahnya, dirinya sangat mengapresiasi upaya Prof. Singgih dan jajarannya untuk mendirikan Yayasan SMART Tani Blora di Dukuh Gayam, Desa Kedungwungu, dan telah bekerjasama dengan KTH Bumi Asri, di Dukuh Gelam, yang juga adalah warganya.

"Saya sangat mendukung budidaya sorgum ini, semoga ini adalah alternatif yang terbaik untuk dikembangkan di Blora, dimulai dari Desa Kwdungwungu, Desa kami, sudah saatnya petani kita diajari pertanian terpadu, yang lebih modern dari sisi pengolahan lahan dan manajemennya, jadi harapan kami para petani harus sungguh - sungguh mengikuti arahan dari Yayasan SMART" ujarnya.

Sistem Pertanian Terpadu
Di lokasi tersebut, saat Monitor Ekonomi berkunjung, nampak juga disiapkan kandang sapi, kambing dan bengkel pembuatan alat pemroses sorgum menjadi beras dan pakan ternak, semacam mesin selep sorgum untuk menghasilkan biji sorgum dan konsentrat untuk pakan ternak, sapi dan kambing.

"Jadi ini adalah upaya membuat pertanian terpadu, yaitu memproses menjadi tanaman pangan untuk konsumsi kita, manusia juga untuk konsumsi ternak kita, yaitu sapi dan kambing, hasilnya kalo kita makan beras sorgum, ini proteinnya tinggi tapi kadar gulanya rendah, makanya beras sorgum harganya mahal, bisa mencapai Rp. 45.000 per kilo, untuk ternak, ini bagus untuk penggemukan dan perah susu kualitasnya menyehatkan, karena organik kan, dari hijauan daun dan batang sorgum, yang juga pupuknya dari organik, yaitu pupuk kandang, yang dihasilkan dari ternak kita, jadi ini adalah pertanian terpadu dan sirkular," ungkap Joko, salah satu Pengurus SMART Tani Blora. (Rome)

Posting Komentar

0 Komentar