IKLAN




 

Alhamdulillah, PG GMM Bulog - APTRI Blora Siap Bersinergi Kembali

Ketua Komisi B, Yuyus Waluyo pimpin rapat audiensi dengan Pengurus APTRI Blora - Direksi PG GMM Blora

"Setelah berbulan - bulan perang urat syaraf antara Pengurus DPC APTRI Blora dengan Direksi PG GMM Bulog, akhirnya berkat tangan dingin Ketua Komisi B DPRD Blora Yuyus Waluyo memimpin rapat audiensi dan masukan positif jajarannya, ketegangan itu berakhir dengan jabatan hangat dan senyum di bibir, kedua belah pihak siap bersinergi kembali"

Pengurus DPC APTRI Blora menyaksikan tampilan data harga beli tebu petani dari PG GMM Bulog

Rapat Audiensi DPRD
BLORA, ME - Ketua Komisi B DPRD Kabupaten Blora, Yuyus Waluyo bersama jajaran anggotanya yang terdiri dari Ir. Siswanto, Abdullah Aminuddin, Jayadi, Budi Sustiyono, Munawar, dari unsur Pimpinan Dewan dihadiri dua Wakil Ketua DPRD, Siswanto dan Sakijan, menerima jajaran Pengurus DPC Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) Kabupaten Blora, yang telah melayangkan surat permohonan audiensi untuk membahas polemik harga tebu dan pola kemitraan dengan Pabrik Gula Gendhis Multi Manis - Bulog yang ada di Desa Tinapan, Todanan.

Rapat Audiensi tersebut sebelumnya dibuka oleh Wakil Ketua DPRD Blora, Siswanto dari Partai Golkar, kemudian dilanjutkan oleh Ketua Komisi B, Yuyus Waluyo dari Partai Nasdem di Ruang Rapat DPRD, hari ini Rabu (22/5/2024). Turut hadir dari PG GMM Bulog, Direktur Operasional, Krisna Murtiyanto, Manajer Proses, Rahmad, Manajer Tanaman, Yudi Ardiansyah, Manajer SDM, Adam dan  Humas, Sugito.

Sementara dari DPC APTRI Blora hadir  lengkap jajaran pengurusnya terdiri dari Ketua Umum, Sunoto, Sekretaris Anton Sudibyo, Bendahara, Wahyu dan Penasehatnya Bambang Sulistya dan puluhan Ketua Bidang dan Koordinator Lapangannya. Di awal Ketua Komisi B, Yuyus Waluyo membuka kesempatan yang pertama kepada Ketua APTRI Blora, Sunoto untuk menyampaikan keresahan dan permasalahannya.

"Saya persilahkan kepada Ketua DPC APTRI Blora untuk menyampaikan materi audiensinya, unek - uneknya, berikutnya nanti biar ditanggapi oleh pihak PG GMM Bulog, sampaikan semuanya secara terbuka apa yang menjadi keresahan para petani tebu di Blora," ujar politisi dari Desa Gempol, Kecamatan Jati ini.

Apresiasi Kehadiran Direksi
Mendapatkan kesempatan untuk menyampaikan unek - uneknya, Sunoto mengawali dengan menyampaikan apresiasi setinggi - tingginya atas kehadiran Direktur Operasional PG GMM Bulog, Krisna Murtiyanto dan jajarannya, dalam rapat audiensi tersebut, Sunoto juga menyampaikan terimakasih atas kenaikan harga beli tebu petani dalam waktu satu Minggu sejak deklarasi pengukuhan Pengurus DPC APTRI Blora beberapa hari yang lalu.

"Saya apresiasi atas kehadiran Direktur Operasional PG GMM, yang mewakili Direktur Utama bersama jajaran Manajer, dan saya apresiasi atas kenaikan harga beli tebu petani, yang naik tiga kali dalam seminggu yang awalnya hanya Rp. 670 per kilogram, kemudian menjadi Rp. 690, dan naik lagi menjadi 700, terakhir kami mendengar ada naik lagi menjadi 720 per kilogram tebu, yang belum terjawab adalah persoalan FTK, atau Forum Temu Kemitraan yang kami minta bisa dilakukan per Minggu saat masa giling tebu ini," ungkap Sunoto, yang juga mantan Kepala Desa Ngampon, Kecamatan Jepon ini.

Tidak kalah ngegasnya, Sekretaris APTRI Blora, Anton Sudibyo yang mengungkapkan kekecewaannya atas perlakuan Direksi PG GMM yang menerapkan harga beli tebu petani, tanpa mempertimbangkan kerugian yang dialami petani tebu di Blora, hal itu menurut Anton, sangat berbeda dengan perlakuan manajemen PG GMM saat awal berdiri di bawah Pimpinan Dirut Lie Kamajaya dan Rahmat Pambudi, saat dibeli Bulog.

"Saya sangat kecewa dengan kinerja manajemen direksi sekarang, yang dipimpin oleh Pak Iksan, yang tidak memperhatikan kesulitan petani, petani tidak dibimbing dan difasilitasi kredit, bibit mutunya tidak bagus, sehingga hasilnya pun rendah rendemennya, mestinya jaman semakin canggih, petani kita juga harusnya lebih sejahtera, ini yang terjadi malah sebaliknya merosot terus, banyak petani kita yang gulung tikar, hutang bertumpuk," tandasnya dengan keras.

Kepala  Dingin Dewan
Untuk meredakan ketegangan, dengan kepala dan tangan yang dingin, Ketua Komisi  B DPRD Blora, Yuyus Waluyo yang kebetulan juga seorang pengusaha tebu di wilayah Blora Selatan, menggiring situasi panas tersebut dengan tenang, dan memberikan kesempatan kepada Direktur Operasional PG GMM Bulog, Krisna Murtiyanto untuk menanggapi pernyataan - pernyataan keras dari Ketua dan Sekretaris APTRI tersebut.

Ternyata gayung pun bersambut, Direktur Operasional Krisna Murtiyanto pun memaparkan alasan penetapan harga beli tebu petani yang ditetapkan oleh Surat Edaran Direktorat Jenderal Perkebunan, tertanggal 3 Mei 2024, yang menetapkan harga beli tebu petani dengan harga Rp. 67.000 per kwintal dengan rendemen di bawah 7%. Namun dirinya pun mengaku terus mengikuti perkembangan harga pasar, sehingga PG GMM Bulog bisa menaikkan harga, dalam seminggu tiga kali, harga terbaru adalah Rp. 720/kg untuk tebu lokal dan tambahan Rp.2000/ku untuk tebu luar Blora.

"Sebelumnya dasar penetapan harga kami adalah Surat Edaran Dirjen Bun tanggal 3 Mei 2024, yang menetapkan harga beli tebu petani sebesar Rp. 670/kg dengan rendemen di bawah 7%, namun karena juga mempertimbangkan masukan dari berbagai pihak, termasuk dari APTRI, serta mengikuti perkembangan harga dari PG - PG lain, maka kenaikan terus kami lakukan, kami siap bersinergi dalam penetapan harga tebu melalui Forum Temu Kemitraan dengan Pengurus  APTRI Blora, mari kita jalun kerjasama ke depan lebih baik lagi, tingkatkan komunikasi dan sinergi untuk kesejahteraan petani, kami siap" ujar Dirops Krisna Murtiyanto. (Rome)

Posting Komentar

0 Komentar