IKLAN




 

Waspada Blora Kena Musim Kemarau Ekstrem

.    Sri Widjanarsih, Kalakhar BPBD Blora

"Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Blora menyebut saat ini telah memasuki kemarau ektrem. Hal ini mengingat banyaknya Desa yang mulai mengalami krisis air bersih." 

Blora Kemarau Ekstrem 
BLORA, ME - Kepala Pelaksana Harian (Kalakhar) Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Blora (BPBD), Sri Widjanarsih menyampaikan kepada para awak media terkait kondisi cuaca ekstrem yang terjadi di wilayah Kabupaten Blora, usai gelar penyaluran air pada Rabu (30/8/2023) yang lalu.

"Kalau di wilayah Blora saya kira sudah ekstrem. Karena baru beberapa bulan saja penyaluran airnya sudah habis. Terus kita laporan ke Bapak Bupati untuk pengajuan anggaran sampai akhir tahun," ungkapnya.

BPBD mencatat, saat ini ada 188 Desa di 14 Kecamatan yang mulai mengalami kekeringan. Pihaknya minta agar warga yang mengalami krisis air bersih untuk segera melapor ke BPBD. 

"Kami minta warga kalau memang membutuhkan bantuan air bersih langsung lapor ke BPBP, nanti kami sampaikan ke Beliau Bapak Bupati agar segera diberi bantuan," ucapnya. 

Kekeringan ekstrem bisa mengancam tanaman komoditas pangan milik petani di seluruh wilayah Kabupaten Blora

Ajukan Anggaran Tambahan
Lebih lanjut, Kalakhar Sri Widjanarsih mengungkapkan telah mengajukan tambahan anggaran droping air bersih ke Pemerintah Kabupaten Blora. Sebab anggaran yang ada saat ini telah habis digunakan. 

"Kami telah ajukan tambahan anggaran sampai akhir bulan Desember. Sekitar Rp 700 juta itu termasuk untuk perawatan armada dan lainnya," ujarnya. 

Sri mengatakan, musim kemarau tahun ini akan berlangsung hingga bulan November mendatang. Ia meminta masyarakat untuk bisa menghemat air. 

"Prediksi kami sampai November dan puncaknya Agustus sampai September," jelasnya.

Di tempat yang terpisah, salah seorang petani jagung di wilayah Desa Sukorejo, Saifullah juga mengeluhkan panasnya cuaca di Blora saat ini, dan hal itu berpengaruh pada komoditas tanaman jagung yang sedang diusahakan di lahan sawahnya.

"Ini nggak hanya orang yang butuh air, tanaman pertanian kita juga butuh air, tanaman jagung kami terancam mati karena nggak ada air, ini bisa mengancam ketahanan pangan kita, bila tidak ikut diantisipasi," ujarnya. (Meg/me)

Posting Komentar

0 Komentar