IKLAN


 

Potensi Investasi Di Blora

"Sudah tak terbilang informasi akan adanya investasi atau investor yang akan masuk di Blora, namun karena berbagai hal, semua kandas dan bergeser di Kabupaten lain, kenapa?"

Potensi Ekonomi Blora
BLORA, ME - Blora yang terkenal sebagai daerah penghasil minyak bumi dan gas, yang memiliki ratusan sumur minyak tua, yang saat ini, untuk usaha hilir dikelola  oleh Badan Usaha Milik Daerah di bawah bendera PT Blora Patra Energi di lapangan Ledok, Nglobo dan Semanggi, dan kemudian dikelola juga oleh Koperasi Unit Desa Wargo Tani Makmur Jiken untuk sumur tua di Lapangan Bangoan.

Sedangkan untuk pengelolaan hulunya, PT Blora Patragas Hulu sebagai pemegang hak kelola participating interrest (PI) sebesar 1,1% dari bagian 10% saham, untuk pengelolaan eksplorasi dan eksploitasi cadangan minyak di Blok Cepu, yang dioperatori oleh Exxon Mobile Cepu Ltd dan Pertamina EP Cepu, masing - masing 45% nilai kepemilikan sahamnya.

Meski sebagai daerah penghasil minyak, yang menyangga kebutuhan nasional 25%, tingkat perekonomian masyarakat Blora masih tergolong lambat pertumbuhannya, bahkan angka kemiskinan pasca pandemik Covid 19, masih berada di angka dua digit yaitu 11,53%, kita masih masuk kategori angka kemiskinan yang tinggi.

Meskipun kata orang, Blora adalah kota minyak dan penghasil kayu terbaik di dunia, yaitu kayu Jati (teak Wood), yang luasnya lebih dari separuh wilayah Kabupaten Blora  (50,6%) atau dengan luasan 90.803 ha, namun ironisnya di wilayah tersebut kantong - kantong kemiskinan penduduk Blora berada, lebih dari 126 Desa berada di wilayah hutan, dan 51 di antaranya berada dalam kategori kemiskinan tingkat ekstrem.

Kegagalan Peluang Investasi
Lalu bagaimana Pemerintah Kabupaten Blora menyikapinya, tentu harus berupaya melihat potensi yang ada lainnya, potensi investasi yang padat karya untuk penyerapan tenaga kerja dan padat modal, untuk membangun fasilitas manufaktur, yang tentunya harus diupayakan mencari peluang investasi untuk masuk di Blora. 

Beberapa waktu yang lalu sempat tersiar kabar, akan ada investor dari Korea Selatan untuk membangun pabrik pembuatan tas kulit, PT Pungkook Indonesia One, pernah akan masuk ke Blora untuk membuka cabangnya yang ketiga, setelah dari Grobogan dan Subang, namun gagal karena persoalan harga jual tanah yang tinggi di Blora, mereka pun urung bangun pabriknya.

Sebelumnya, bahkan jauh sebelum Exxon Mobile beroperasi di Bojonegoro, (2005) untuk menggarap Blok Cepu, yang akhirnya memberikan kemajuan yang signifikan untuk Kabupaten paling barat dari Provinsi Jawa Timur ini, Exxon Mobile berhome based di Blora, mereka harus hengkang ke Bojonegoro, karena persoalan kondusifitas yang tidak stabil di Blora sendiri. 

Kini kita hanya bisa gigit jari, melihat Kabupaten tetangga kita maju pesat, dengan investasi besar - besaran yang masuk di sana, termasuk investasi pertambangan mineral dari Pabrik Semen Indonesia Rembang dan Semen Grobogan, yang juga ikut andil ditolak di Blora, sedangkan pertambangan nyatanya masih berjalan, meski baru ijin eksplorasi yang dikantongi.

Potensi Hortikultura Blora
Setelah potensi investasi gagal yang bertubi - tubi terjadi di Blora, lalu sektor apa yang harus dikembangkan di Blora, tidak bukan dan tidak lain adalah potensi investasi di bidang tanaman pangan dan hortikultura. Salah satu contoh adalah, adanya pabrik gula dari PT GMM - Bulog di Desa Tinapan, Kecamatan Todanan, cukup membuka peluang investasi dan menumbuhkan perekonomian untuk masyarakat Blora. 

Dengan dibukanya pabrik penggilingan tebu, untuk komoditas gula, berhasil membangun semangat masyarakat petani untuk membudidayakan penanaman tebu, karena sudah pasti pasarnya. Kemudian berdirinya pabrik - pabrik pengolahan tanaman pangan, yaitu padi dan jagung, juga berjalan dengan baik.

Meskipun masih juga berada dalam cengkeraman para tengkulak, yang mempermainkan harga dan memperpanjang rantai pasoknya, setidaknya sektor ini masih langgeng berjalan, dan membuka lapangan pekerjaan secara massal dalam setiap musimnya, berarti investasi yang untuk masuk di Blora, adalah investasi sektor perkebunan dan pertanian, baik tanaman pangan maupun hortikultura.

Untuk itu, Pemerintah Kabupaten Blora perlu mengkaji dengan seksama di sektor ini, untuk menyambut para investor - investor baik dari dalam maupun luar negeri. Potensi luasan area tanaman, fasilitas transportasi penunjang, dan kemudahan perijinan dan kondusifitas daerah harus menjadi prioritas untuk mendatangkan investasi agar nyaman masuk di Blora, itu adalah pekerjaan rumah bagi seluruh pemangku kebijakan di Blora, agar kepiluan masa lalu tidak terjadi lagi. (Rome)



Posting Komentar

0 Komentar