IKLAN




 

Kekeringan Ekstrem Landa 125 Desa Di Blora

Warga bergegas siapkan wadah untuk menampung air bantuan dari BPBD Blora

"BPBD mengungkap 125 Desa di Blora alami kekeringan di 14 Kecamatan, berdasarkan peta Badan Metreologi Klimatologi Geologi (BMKG)"

Bencana Kekeringan Blora
Blora, ME  - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Blora mengungkap sebanyak 14 Kecamatan di Blora terdampak kekeringan. Hanya 2 Kecamatan yang dinyatakan belum mengalami kekeringan. Yakni Kecamatan Kradenan dan Kecamatan Todanan. 

Kepala Pelaksana Harian (Kalakar) BPBD Blora, Sri Widjanarsih mengatakan dari 16 Kecamatan itu, ada sebanyak 125 desa yang terdampak kekeringan. 

"Peta BMKG Blora termasuk daerah kekeringan. Dari 16 Kecamatan yang terdampak kekeringan ada 14 kecamatan. Yang 2 Kecamatan belum, Yakni Kecamatan Kradenan dan Todanan," kata Sri Widjanarsih di kantornya, selasa (22/8). 

Terparah Kecamatan Jati
Untuk wilayah paling parah terdampak kekeringan itu berada di beberapa Desa dan Dukuhan di Kecamatan Jati dan Randublatung. 

"Di sana ada 14 Desa, dan yang terdampak 12 Desa. Kita sudah salurkan bantuan air semua," jelasnya. 

Sri mengaku telah melakukan droping air bersih ke sejumlah desa, yang mengalami kekeringan tersebut. Bahkan pengiriman air dilakukan setiap hari. 

"BPBD sudah mengirimkan air bersih ke sejumlah desa-desa yang mengalami kekeringan. Hampir setiap hari, dalam satu hari ada satu sampai dua kecamatan berdekatan, yang kami lakukan droping. Untuk satu desa tiga tangki," ujarnya. 

Waspada El Nino
BPBD Blora mencatat musim kemarau di Blora, sudah terjadi sejak awal bulan Juli lalu. Dan diprediksi akan mencapai puncaknya pada bulan september. 

"Awal juli kita sudah masuk musim kering, puncak kemarau itu ada di bulan agustus dan september. Nanti menurut BMKG bulan Oktober dan Nopember akan terjadi El Nino, jadi juga harus kita waspadai dampaknya" ujarnya.

Di tempat terpisah, Setiar petani dari Nglawiyan, juga mengeluhkan dampak kekeringan di lahan pertaniannya, juga butuh solusi untuk mencegah gagal panen, karena tanaman butuh pengairan yang cukup, kebijakan yang membantu petani sangat dibutuhkan untuk mengantisipasi bencana berulang di masa datang.

"Pemerintah harusnya juga punya kebijakan dan anggarkan untuk perhatikan para petani, kan sudah ada Perdanya untuk perlindungan petani, dari dampak kekeringan ekstrem ini, mengakibatkan tanaman komoditas pangan banyak yang layu dan mati, dampaknya bisa gagal panen, kalo petani gagal panen, ketahanan pangan terdampak juga," ungkapnya kepada media. (Meg)

Posting Komentar

0 Komentar