BLORA ME– Sayur Mayur merupakan kebutuhan pokok untuk mendukung kelangsungan hidup
setiap keluarga. Sayuran digunakan untuk bahan memasak hampir setiap
hari. Sayuran memang telah menjadi kebutuhan pokok bagi masyarakat di
Indonesia dan permintaan pasar akan sayur mayur sangat tinggi setiap
harinya.
Seperti usaha yang dikembangkan oleh Mohammad Mohlishin (24), warga Desa Tempellemahbang Kecamatan Jepon Kabupaten Blora. dilahan yang sempit dirinya bersama temannya sukses mengembangkan pertanian dengan sistem aquaponik. Pertanian aquaponik sendiri pertanian yang pemupukannya dengan menggunakan kotoran ikan. Selain hemat biaya, pertanian aquaponik ini dinilai lebih menguntungkan.
Seperti usaha yang dikembangkan oleh Mohammad Mohlishin (24), warga Desa Tempellemahbang Kecamatan Jepon Kabupaten Blora. dilahan yang sempit dirinya bersama temannya sukses mengembangkan pertanian dengan sistem aquaponik. Pertanian aquaponik sendiri pertanian yang pemupukannya dengan menggunakan kotoran ikan. Selain hemat biaya, pertanian aquaponik ini dinilai lebih menguntungkan.
"Selain bisa panen sayur juga
bisa panen ikan," tutur Ukis nama panggilan di desanya, Selasa
(03/12/2019).
Menurutnya, di desa Tempellemahbang
baru kelompoknya yang bertanam dengan cara seperti ini. Pertanian aquaponik ini
sebenarnya tidak disengaja dilakukannya. "Awalnya pengen bikin kolam lele,
terus browsing nemu aquaponik. Saya lihat kok unik ya, akhirnya saya terapkan,"
jelasnya.
Ia memulai usaha ini sejak 6 bulan lalu. Jenis
sayuran yang ia tanam seperti Sawi sendok, Kangkung dan selada. "untuk
harga Sawi sendok 1 kg Rp. 25 ribu dan Kangkung Rp. 20 ribu " terangnya.
Untuk pemasarannya dirinya mengatakan
tidak kesulitan, hasil panen selama ini sudah ada pembeli yang mengambil.
“untuk pemasaran saat ini masih gampang, sementara ini hanya yang taraf
perekonomian menengah ketas yang mau beli, dan untuk masyarakat yang lain belum
sadar manfaat mengkonsumsi sayuran organik ini,” ugkapnya.
Guna menghasilkan nutrisi yang cukup
untuk tanaman, lanjut Ukis, untuk satu meter kubik kolam yang biasanya hanya
diisi 10 kg bibit ikan lele, ia bisa mengisi 60 kg. "Nantinya kotoran itu
difilter terus diolah dan dialirkan kembali ke tanaman seperti cara
hidroponik," ujarnya.
Menariknya, aquaponik ini tidak hanya
bisa diterapkan untuk tanaman sayuran seperti seledri, sawi maupun kangkung,
melainkan juga bisa untuk tanaman buah seperti melon, semangka dan blewah.
"Bahkan juga bisa untuk cabai dan tomat," ucapnya.
Dirinya menambahkan keunggulan dari
sistem pertanian ini bisa menghemat lahan namun, hasilnya maksimal.
"Karena bisa panen ikan dan sayuran," katanya.
Ikan yang bisa dipelihara mulai dari
ikan jenis nila, gurame, lele, mujair bahkan ikan hias dan koi. Supaya hasilnya
maksimal, perbandingan 1 : 2 harus diterapkan. Satu meter kubik kolam untuk dua
meter kubik tanaman.
"Kalau aquaponik ini bisa
dipastikan organik, karena pupuknya berasal dari kotoran ikan yang
diolah," paparnya.
Namun jangan salah, sistem pertanian
seperti ini juga memiliki kekurangan. Seperti investasi awal yang lumayan besar
karena untuk membuat kolam ikan serta paralon untuk menyalurkan pupuk.
"Perawatan juga setiap hari harus
dicek salurannya apakah lancar atau tidak," imbuhnya.
Meski begitu, saat ini ia sudah
menikmati manisnya pertanian aquaponik. Setidaknya dalam satu bulan ia mampu
meraup keuntungan bersih hingga Rp 1,5 juta.
"Itungannya sambilan di rumah,
ada lahan kosong saya manfaatkan," pungkasnya. (Rome)
0 Komentar