Wakil Ketus DPRD Blora, Lanova Candra Tirtaka (pegang mik) cecar Direktur PG GMM Bulog terkait SOP perawatan mesin giling
Direktur PG GMM Bulog, Sri Amelia berikan keterangan terkait penghentian masa giling tebu lebih awal dari target
Audiensi APTRI Blora
BLORA, ME - Pimpinan DPRD Blora beserta Komisi B menerima jajaran Pengurus Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) Kabupaten Blora dan Direksi Pabrik Gula Gendhis Multi Manis Bulog, untuk membahas penghentian masa giling tebu lebih awal, dikarenakan ada kerusakan boiler, di Ruang Rapat Paripurna DPRD Blora, pada Rabu (1/9/2025) kemarin.
Kebijakan tersebut dilakukan sepihak oleh Direksi PG GMM Bulog, sehingga menimbulkan reaksi keras dari Pengurus APTRI Blora, pasalnya penghentian giling itu, jelas merugikan petani tebu, yang telah masuk masa panen dan harus diserap oleh PG GMM Bulog. Dengan nada keras, mereka mempertanyakan kinerja Direksi PG yang berdiri pada tahun 2014 di Desa Tinapan, Kecamatan Todanan itu.
"Kami menyayangkan penghentian giling dari PG GMM Bulog sebelum targetnya terpenuhi, kasihan para petani tebu yang sudah menunggu setahun, eh panennya tidak terserap dengan alasan boilernya rusak, trus apa kerja Direksi ini, kok tiba - tiba bisa rusak, kalo memang tidak sanggup ya harus mundur, ganti yang lebih cakap dan kompeten!" tandas Sunoto, Ketua APTRI Blora.
Pertanyakan SOP Perawatan
Di saat yang sama, Wakil Ketua DPRD Blora dari Partai Gerindra, Lanova Candra Tirtaka mengaku heran dan mempertanyakan standar operasional prosedur perawatan seluruh fasilitas dari PG GMM Bulog. Dirinya juga mempertanyakan kompetensi dari direksi teknis dan operasionalnya.
"Saya kira tidak mungkin terjadi kerusakan boiler yang tiba - tiba, sehingga harus berhenti giling, mestinya kan sebelum masuk masa giling sudah dicek dulu kesiapannya, kerusakan boiler itu tidak bisa ujuk - ujuk (mendadak), pasti ada tanda - tanda kerusakan ringan sebelumnya, kalo seperti ini bagaimana standar operasional prosedur maintenance (perawatan) PG GMM Bulog, trus kompetensi tenaga teknisnya bagaimana, saya ngerti ini, karena saya juga orang teknis waktu kerja di PLTU lho!"
Masih menurut Lanova Candra Tirtaka, perlu ada audit terhadap kinerja Direksi PG GMM Bulog, namun dirinya siap membantu mencarikan solusi untuk perbaikan peralatan PG GMM Bulog ke Kementerian Badan Usaha Milik Negara dan Kementerian Pertanian, yaitu bertemu dengan Wakil Menteri Pertanian, Sudaryono, yang kebetulan adalah seniornya di Partai Gerindra.
PG Selalu Merugi
Di saat yang sama, Yuyus Waluyo, Sekretaris Komisi B, mempertanyakan tujuan pembelian PG GMM Bulog, apakah untuk kepentingan bisnis murni atau untuk kepentingan ketahanan pangan pemenuhan logistik gula nasional.
"Jadi penting untuk diketahui oleh publik, tujuan pembelian PG GMM Bulog ini, adalah bukan untuk kepentingan bisnis mencari profit, akan tetapi untuk kepentingan ketahanan pangan, memenuhi logistik gula nasional, jadi mungkin treatment manajemennya beda jika PG GMM ikut masuk dalam Sinergi Gula Nusantara atau SGN, yang murni bisnis dan mencari profit, apalagi kondisinya yang selalu merugi dalam setiap masa giling tebu, dan tidak dapat penugasan untuk memproses gula rafinasi, inilah masalahnya," ujar Yuyus, yang juga memiliki perkebunan tebu di wilayah Blora Selatan ini.
Sri Amelia, Direktur PG GMM Bulog mengakui bahwa kepentingan pembelian pabrik gula di Blora tersebut adalah untuk ketahanan pangan, dan pembelian tersebut dibiayai dari hutang ke Bank plat merah yaitu BRI sebesar Rp. 1,2 Trilyun, dan saat ini masih harus membayar hutang pokok dan bunga sebesar Rp. 800 Milyar, namun kondisi keuangan PG GMM Bulog sedang tidak baik - baik saja, karena terus mengalami kerugian.
"Per Agustus tahun ini PG mengalami kerugian total dengan tahun - tahun kemarin adalah Rp. 134 Milyar, ini menjadi tanggungjawab kami untuk menyelesaikan sampai 15 tahun ke depan," ungkapnya. (Rome)
0 Komentar