IKLAN


 

APTRI Blora Meradang, Pabrik Gula GMM Bulog Tutup Giling Lebih Awal

Direktur PG GMM Bulog, Sri Amelia jelaskan alasan penghentian masa giling tebu lebih awal akibat kerusakan boiler.

"Karena alami kerusakan boiler dan selalu merugi, PG GMM Bulog Blora tutup giling lebih awal, membuat Direksinya dituntut mundur oleh Pengurus Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) Kabupaten Blora"

Ketua DPRD Blora, Mustopa siap dampingi PG GMM Bulog dan APTRI Blora untuk koordinasi dengan Kementerian BUMN dan Kementerian Pertanian di Jakarta.

Audiensi APTRI Blora
BLORA, ME - Puluhan Pengurus Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) Kabupaten Blora datangi Gedung Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Blora, untuk mengadukan nasib petani tebu anggotanya, lantaran penutupan giling tebu lebih awal oleh Direksi Pabrik Gula Gendhis Multi Manis - Bulog, akibat kerusakan mesin boiler.

Audiensi polemik tersebut diterima langsung oleh Pimpinan DPRD Blora di Ruang Rapat Paripurna hari ini, Rabu (1/9/2025). Ketua DPRD Blora, Mustopa dari PKB yang didampingi Wakil Ketua, Lanova Chandra Tirtaka dari Partai Gerindra, Ketua Komisi B, Jayadi dari Partai Gerindra, dan Yuyus Waluyo dari Partai Nasdem.

Turut hadir beberapa anggota Komisi B yaitu, Mujoko dari PDIP, Jariman dari PPP, Ir. Siswanto dari Partai Golkar, Eka Pancarini dari PKB, dari DPC APTRI Blora sebagai penggagas audiensi hadir Sunoto, Ketua didampingi Sekretarisnya, Anton Sudibyo, dan Penasehat APTRI Blora Bambang Sulistya, serta Ketua Himpunan Kerukunan Tani Indonesia Kabupaten Blora, Maulana Kusnanto.

Tuntut Mundur Direksi 
Dalam pembukaan audiensi, Ketua DPRD Blora, Mustopa langsung mempersilahkan Sunoto, Ketua DPC APTRI Blora untuk menyampaikan maksud dan tujuan penyampaian surat permohonan audiensi, yang dihadiri langsung oleh Direktur Utama PG GMM Bulog, Sri Amelia dan Direktur Operasional Krishna Murtianto, beserta jajarannya dari pabrik gula yang terletak di Desa Tinapan, Kecamatan Todanan ini.

Mendapat kesempatan untuk berbicara, Sunoto langsung ngegas, dirinya memprotes kebijakan Direksi PG GMM Bulog yang menutup masa gilingnya, dengan alasan dikarenakan kerusakan mesin yang vital yaitu boiler, padahal petani sudah siap untuk memanen tebunya, dan akan dikirim ke Pabrik Gula yang dulunya milik Lie Kamajaya itu.

"Sebenarnya saya sudah bosan dan malu, setiap tahun kok harus bermasalah dengan PG GMM Bulog, tahun lalu kita ribut soal harga yang terlalu rendah, sekarang masalah penutupan masa giling lebih awal, padahal petani ini sudah siap panen dan giling, karena alasan boiler rusak, terus langsung dihentikan sebenarnya bisa kerja atau tidak sih direksi GMM Bulog ini, lebih baik mundur saja kalo tidak mampu, ini nasib petani jadi taruhan, mereka akan mengalami kerugian besar," ujarnya dengan nada tinggi.

Klarifikasi Direktur PG
Mendapat tekanan untuk mundur, Direktur PG GMM Bulog, Sri Amelia yang didampingi Direktur Operasionalnya, Krishna Murtianto mengklarifikasi penyebab penghentian masa giling lebih awal, yang disebabkan oleh kerusakan boiler di hari ke 110, dari rencana masa giling 150 hari.

Pihaknya juga sudah berupaya untuk memperbaiki boiler tersebut, namun membutuhkan waktu yang cukup lama, bahkan hingga akhir masa giling, kondisi ini tentu merugikan petani tebu, yang telah masuk masa panen dan giling, jika harus memindahkan ke pabrik gula lainnya, antreannya juga bertambah tiga hari atau lebih. Sri Amelia juga ungkapkan kerugian yang ditanggung oleh PG GMM Bulog tahun ini mencapai Rp. 92 Milyar.

"Terkait penghentian giling tebu lebih awal, yaitu di 110 hari dari yang seharusnya 150 hari, kami telah menggiling 219.000 ton atau lebih dari 50% dari target kami sebesar 450.000 ton, karena kerusakan boiler dan untuk memperbaikinya butuh waktu cukup lama, mungkin sampai akhir masa giling, untuk itu kami akan berkoordinasi dengan Pabrik Gula lain seperti PG Trangkil dan KTM, agar tebu petani mitra kami bisa digiling di sana," ungkap Sri Amelia.

Koordinasi Dengan Kementerian
Di akhir audiensi, baik jajaran DPRD, APTRI dan Direksi PG GMM Bulog sepakat untuk mencari solusi di Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan Kementerian Pertanian, untuk memperbaiki kondisi pabrik gula yang terus - terusan merugi akibat kerusakan peralatan giling tebu tersebut, kerugian itu bahkan mencapai Rp. 134 Milyar dalam dua tahun ini.

"Sebagai closing statement kita sebagai DPRD, wakil rakyat siap mendampingi para petani tebu Blora dan Direksi PG GMM Bulog untuk mencari solusi ke Kementerian BUMN dan Kementerian Pertanian, demi perbaikan pabrik gula ini, mungkin Direktur PG GMM Bulog gak berani laporan kondisi ini, kita bantu mendorong secara politik juga, pokoknya demi kebaikan bersama, kita akan buat surat, senin kita ke Jakarta" ujar Ketua DPRD Blora, Mustopa.

Hal yang sama juga disampaikan oleh Wakil Ketua DPRD Blora, Lanova Chandra Tirtaka, yang siap mendampingi para petani tebu dan pihak pabrik GMM Bulog untuk menemui Wakil Menteri Pertanian, Sudaryono yang kebetulan juga satu Partai Gerindra dengan Lanova, selain itu juga akan berupaya membantu koordinasi dengan Menteri Sekretaris Negara, Prasetyo Hadi. (Rome)

Posting Komentar

0 Komentar