Pelukis Mural dari Magelang, Subkhi sedang menulis namanya di pojok bawah lukisan muralnya, sebagai penanda karya
Kompetisi Mural Ngawen
BLORA, ME - Sekitar tiga puluh pelukis mural dari berbagai daerah dan lokal, tengah mengikuti kompetisi Mural, yang diselenggarakan oleh Karang Taruna Kelurahan Ngawen, Blora dua hari berturut - turut yaitu Sabtu dan Minggu ini ( 6 - 7/1/2024) di Balai Kelurahan setempat.
Di samping diikuti para pelukis lokal dari Blora, juga hadir pelukis dari Yogja, Magelang, Solo, Semarang, Rembang, Malang, Batu dan Surabaya. Tidak ketinggalan juga, para pelukis mural dari pelajar Blora ikut memeriahkan ajang yang bertema kearifan seni budaya Blora, untuk memeriahkan Hari Jadi Blora ke - 274 tahun.
Ketua Panitia Kompetisi Mural Ngawen, Puryono mengungkapkan tujuan digelarnya kegiatan tersebut, adalah hasil dari kesepakatan dengan Karang Taruna Kelurahan Ngawen yang menginginkan digelarnya kompetisi Mural tersebut.
"Kompetisi Mural ini atas permintaan para pemuda Karang Taruna kami, yang mana banyak berminat di bidang seni budaya terutama seni rupa Mural ini, hiburan yang lain adalah pertunjukan seni tari dan musik, tema mural adalah tentang kearifan seni budaya Blora untuk memeriahkan Hari Jadi Blora ke - 274, dan hasilnya nanti, akan pasang di pagar depan, sehingga masyarakat bisa menikmati karya - karya seniman kita," ujarnya.
Kompetisi Mural digelar dengan tema seni budaya Blora untuk memperingati Hari Jadi Blora Ke - 274 Tahun
Harapan Para Seniman
Di samping untuk memeriahkan Hari Jadi Blora ke - 274 Tahun, diharapkan kegiatan ini bisa memberikan dampak untuk menggeliatkan ekonomi kreatif di sektor seni budaya. Para Seniman lokal Blora ini, ke depannya bisa menjadi pelaku seni yang profesional, dan bisa meraih pendapatan dari keahliannya melukis dalam bermacam - macam.media.
Para pelaku seni ini, juga berharap pada Pemerintah untuk memberikan ruang berupa fasilitas, ruang dan pasar untuk meningkatkan pendapatan dan untuk kesejahteraan mereka. Seperti yang diungkapkan oleh Piyut, Pelukis Mural dari Ngawen, meminta agar Pemerintah memberikan proyek - proyek mural dalam anggaran belanjanya.
"Harapan kami, peluang proyek - proyek pemerintah bisa mengakomodir para seniman mural di Blora, misalnya melukis sekolah - sekolah TK dan PAUD atau bila perlu di ruang - ruang publik, atau tempat - tempat yang kumuh, sehingga menjadi lebih estetik," ujar Piyut yang juga memilik Warung Kopi di Ngawen ini.
Selain proyek mural, fasilitas untuk berkreasi sekaligus tempat berkumpul para seniman di Blora, perlu diciptakan di suatu tempat, semacam Pusat Seni Budaya atau Pasar Seni Budaya di Blora, harapan itu diungkapkan oleh Usye, Pelukis gaek asli Blora, yang kini hijrah ke Surabaya, Jawa Timur ini.
"Kalo di Blora ada pasar seni, itu bisa menarik untuk dijadikan tempat tujuan para pelaku seni budaya, termasuk para kurator seni, dan pelaku industri, jadi oleh - oleh dari Blora itu, bukan hanya sate saja, tapi bisa lukisan atau patung miniatur dari seniman Blora," ujar Bang Usye.
Potensi Ekonomi Kreatif
Sementara itu, Pelukis Mural dari Kota Magelang, Subki Mural Art mengaku potensi ekonomi yang besar bagi seniman sangat menjanjikan, apabila tekun mengikuti ajang kompetisi mural, berdasarkan pengalamannya mengikuti kompetisi di seluruh Indonesia, Subkhi selalu meraih juara.
Selain itu namanya menjadi terkenal di mana - mana, sehingga sering juga mendapatkan proyek mural baik swasta maupun dari Pemerintah. Bahkan pernah mendapatkan proyek melukis salah satu Capres yang berlaga di Pemilu 2024, langsung melukis mural di 9 Kabupaten di Jawa Tengah.
"Dalam berkesenian ini, kalau ditekuni benar - benar, dan sering ikut kompetisi, nama kita dikenal, maka akan banyak proyek - proyek mural yang datang, minta untuk dikerjakan oleh kita, seperti kemarin saya dapat proyek melukis mural salah satu Capres, dalam 1 bulan bisa dapat Rp. 70 Juta, melukis mural di 9 Kabupaten, jadi jangan takut berkesenian," ujarnya. (Rome)
0 Komentar