IKLAN




 

Bencana Kekeringan Ancam Ketahanan Pangan, Bagaimana Solusinya?

Petani kocori lahannya yang kekeringan akibat cuaca panas yang ekstrem

"Tanaman jagung dari dua wilayah di Kabupaten Blora dan Grobogan terancam gagal panen, baik yang di lahan sawah maupun hutan, akibat bencana kekeringan, petani berharap ada solusi bantuan air"

Budidaya jagung pembenihan Bisi Marolis di Blora dan Grobogan untuk tingkatkan kesejahteraan petani

Budidaya Jagung
Blora, ME - Setiar, salah seorang petani dari Dukuh Nglawiyan, Kelurahan Karangjati, Blora Kota dengan sabar harus menyirami lahan jagung pembenihannya yang layu, akibat tanah garapannya yang hanya seluas 0,25 hektar itu, kering kerontang atau istilah Jawanya nelo, karena kekurangan air.

Sementara sumur yang dibuatnya pun mulai menipis, tidak mampu mencukupi penyiraman lahannya, yang menurut petani berusia 50 tahun ini, harus disiram terus menerus, selama tiga hari berturut - turut, dengan menyedot air dari sungai melalui diesel penyedot.

"Kondisi ini bisa memberatkan petani, karena diesel penyedot airnya pun harus menyewa selama tiga hari, yang per harinya menghabiskan biaya Rp. 350 Ribu, untuk 10 jam penyedotan, ini usia tanaman saya sudah 12 hari, layu karena kepanasan." ungkap Setiar resah.

Tanaman Kerdil
Sementara di tempat yang berbeda, Sugik petani dari Desa Cabak, Kecamatan Jiken juga mengeluhkan kondisi tanaman yang kerdil, akibat kekurangan air di lahan milik Perhutani KPH Cepu, di lahan garapan seluas 1 hektar itu, terancam tidak bisa tumbuh maksimal, karena tidak ada hujan turun selama satu bulan ini.

"Satu bulan ini nggak ada hujan, sungai di hutan kering kerontang, panasnya bukan main satu bulan ini, akibatnya tanaman jagung saya ini stunting, gak bisa tumbuh normal, ini usia 48 hari, kita hanya bisa pasrah mas, semoga Tuhan anugerah kan hujan untuk petani kita," ujarnya dengan penuh kepasrahan.

Petani dari Tunjungan, Sucipto juga mengeluhkan kurangnya pasokan air untuk lahannya, sementara sumur lapang yang ada hanya satu di wilayahnya, dan itu menjadi rebutan petani lainnya, di areal 50 hektar sawah. Kondisi ini, jelas bisa menimbulkan konflik, jika tidak ada bantuan air untuk menyiram tanaman mereka.

Sumur lapang menjadi kebutuhan yang krusial untuk petani di Blora - Grobogan

Bantuan Sumur Lapang
Di tempat yang berbeda, Peneliti bidang pertanian, Cahya Yudi Widianto sangat prihatin dengan kondisi lahan pertanian yang ikut budidaya jagung pembenihan Bisi - Marolis yang dirintisnya di Blora dan Grobogan ini. Dirinya siap membantu memecahkan masalah yang dihadapi petani Blora dan Grobogan ini.

Prof Cahya, panggilan akrabnya,  menyatakan siap membantu petani yang menjadi Mitra Bisma dan Grobogan, membuatkan sumur lapang di tiga wilayah yang rawan bencana kekeringan tersebut. Dirinya tergerak untuk membantu petani Blora, dengan memberikan bantuan sumur bor untuk petani mitra pembenihan jagung Bisi - Marolis yang dirintisnya.

"Saya akan bantu sumur bor untuk petani mitra kita, untuk memberikan jaminan pendampingan optimal kita, supaya petani kita berhasil nantinya, dan semoga ini bisa menjadi contoh untuk yang lainnya, agar memperhatikan ketersediaan air di lahannya masing - masing, Insya Allah ini bisa menjadi ladang amal di Blora dan Grobogan, amin," ungkapnya melalui sambungan telepon selulernya.

Pemerintah Harus Perhatikan
Kondisi yang tidak ideal ini, harus mendapatkan perhatian dari Pemerintah Kabupaten Blora, khususnya kepada OPD yang membidangi yaitu Dinas Pangan, Pertanian, Peternakan dan Perikanan (DP4) Kabupaten Blora. Sebagai pelayan untuk masyarakat petani di Blora, mereka harus sigap dan merespon cepat kondisi bencana kekeringan ini.

Hal itu diungkapkan oleh R Kurniadi, Ketua DPC Barisan Muda Wirausaha Indonesia (BMWI) Kabupaten Blora. Dinas terkait harus bergerak cepat, melalui struktur organisasi di bawahnya, untuk mendata kondisi persawahan di masing - masing wilayahnya, dan gelar uji publik dengan petani untuk mencari solusi kekeringan ini, demi mencegah gagal panen, untuk mewujudkan ketahanan pangan.

"Pemerintah harus memperhatikan kondisi ini, jangan dibiarkan saja petani berjuang sendiri, harus mencari sumber air untuk mempertahankan lahan sawahnya agar tidak gagal panen, mungkin dengan memberikan bantuan air tangki untuk memasok sumur - sumur lapang, atau membuatkan sumur - sumur bor baru, yang swasta saja memperhatikan kok, masak yang orang Pemerintah nggak mau tahu soal ini, petani harus dibantu, janji banyune lancar terus, itu bagian dari visi misi Bupati yang harus diwujudkan, karena janji adalah hutang," ujarnya. (Rome)

Posting Komentar

0 Komentar