IKLAN




 

Budidaya Sayur Okra Tarik Minat Pembeli Dari Sudan

Dua warga Sudan beli langsung dari petani Okra di Desa Nglandeyan, Kedungtuban

"Budidaya sayur okra tampaknya bisa menjadi pertanian hortikultura alternatif, pasalnya sayur tersebut memiliki pangsa pasar ekspor di Jepang dan negara - negara di Benua Afrika"

Hadi, Petani Okra dari Desa Nglandeyan

Budidaya Sayur Okra
BLORA, ME - Pagi - pagi sekali Hadi, seorang petani dari Desa Nglandeyan, Kecamatan Kedungtuban, Blora memanen sayur okra yang telah ditanamnya 50 hari yang lalu, pagi ini, Selasa (20/9/2022) adalah hari panen yang kelima, setelah masa tanam selama 45 hari.

Dan yang paling membahagiakan lagi, Hadi sudah dinanti oleh dua orang asing, warga negara Sudan, salah satu negara di Benua Afrika, yang jauh - jauh datang dari Sidoarjo, Jawa Timur dengan bersepeda motor untuk membeli sayur Okra yang sedang dipanen oleh Hadi.

"Ya hari ini saya kedatangan tamu dari Sudan, tapi mereka bekerja di Sidoarjo, Jawa Timur, Mister Garda Muhammed dan Mister John Ali Abdel datang ke rumah untuk melihat tanaman ocra saya, dan ingin membeli 100 kilogram per Minggu, katanya ini adalah sayur favorit orang Sudan," ungkap Hadi.

Akan Rutin Beli
Benar saja saat dikonfirmasi oleh Monitor Ekonomi melalui video call, Garda Muhammed ternyata bisa berbahasa Indonesia, karena dirinya sudah tujuh tahun tinggal di Indonesia, di Jakarta dan Sidoarjo, sebagai pemain bola profesional yang dikontrak salah satu klub bersama rekannya, John Ali Abdel.

Kepada Monitor Ekonomi Garda menjelaskan maksudnya datang ke rumah Hadi di Desa Nglandeyan, bahkan ikut melihat sawah tempat menanam okra, karena dirinya sudah lama mencari sayur okra tersebut, selama tinggal di Indonesia, dan ketemulah Hadi dari Blora melalui akun YouTubenya sering mengunggah aktifitas panen okra.

"Hari ini saya beli 60 kilo dulu, kemudian tiap Minggu saya pesan 100 kilo, dengan harga Rp. 6000,- per kilonya, okra dari sini bagus, paling bagus kualitasnya, saya senang sekali akhirnya kita bisa konsumsi okra sepuasnya, kan panennya ini tiap hari," ungkap Garda Muhammad. 

Setor Pabrik Pengolahan
Selain menjual langsung kepada pembeli dari Sudan, Hadi bersama petani okra lain dari berbagai daerah itu, akan mendapatkan order dari pabrik pengolahan okra beku yang ada di Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah, namun dikumpulkan dulu di posko di Mayahan, Grobogan, yang selanjutnya di ekspor ke negara Jepang.

Komoditas ini ternyata cukup tinggi harga jualnya, dengan grade A ukuran 5 - 8 cm dengan harga Rp. 5000 - Rp. 6000,- dan uniknya sayur okra ini bisa dipanen setiap hari selama 7 bulan ke depan, dan untuk mendapatkan okra kualitas grade A, petani harus rajin memanen setiap hari, karena pertumbuhannya sangat cepat.

"Okra ini harus dipanen setiap hari, yang saya tanam ini seluas dua hektar mampu menghasilkan panenan okra 100 kilogram (kwintal) setiap hari dengan klas grade A sebanyak 90%, jadi kita dipaksa dapat uang setiap hari lho," ujar Hadi kembali. (Rome)

Posting Komentar

0 Komentar