IKLAN




 

Distributor Pupuk Bersubsidi Yakin Jual Sesuai HET

Daftar Harga Eceran Tertinggi Pupuk Bersubsidi sesuai Permentan No. 49 Tahun 2020

"Salah satu Distributor pupuk bersubsidi yakin bahwa mereka menjual sesuai dengan harga eceran tertinggi, sementara pupuk tambahan yang disebut inthil - inthil disebutnya memang dibutuhkan untuk menambah kualitas hasil pertanian,"

Kisruh Pupuk Bersubsidi 

BLORA, ME - Salah satu distributor pupuk untuk wilayah Banjarejo, H. Sukiban angkat bicara terkait kekisruhan dan kelangkaan pupuk bersubsidi di hampir seluruh wilayah Kabupaten Blora, saat masuk masa tanam pertama. Di awal musim penghujan ini, pupuk bersubsidi sempat menghilang, dan membuat petani resah.

"Di medsos memang sempat ramai dibahas langkanya pupuk, kalaupun ada, harganya dikatakan dijual diatas HET, padahal sebenarnya pupuk ada, hanya saja dari produsen pupuk jatahnya dikurangi, kalau dulu per hektar bisa mendapatkan 2,5 kwintal pupuk urea, kemudian turun menjadi 1,5 kuintal, dan sekarang jadi cuma dapat jatah 1 kuintal per hektar,"  paparnya kepada Monitor Ekonomi, saat bertandang ke rumahnya, pada Senin pagi (1/2/2021).

Mbah Kiban, panggilan akrabnya juga membantah terkait tuduhan penjualan pupuk bersubsidi menyalahi aturan atau dijual dengan harga diatas harga eceran tertinggi, ditambah pemaksaan pembelian paket pupuk non subsidi, yang disebut inthil - inthil, yang menyebabkan harga pupuk menjadi naik di atas HET.

"Kemudian terkait penjualan pupuk bersubsidi, dari kami distributor maupun kios, penjualan tetap sesuai dengan Harga Eceran Tertinggi (HET) yang telah ditetapkan oleh Pemerintah Pusat. Seperti urea sebesar Rp 112.500,- per zak, kemudian ada ZA, Rp. 85.000,- per zak, kemudian Phonska sebesar Rp. 115.000,- per zak, SP 36 sebesar Rp. 120.000 per zak, akan tetapi ketika masuk kelompok tani, diduga kenaikan dari jalur tersebut, itu yang kami tidak tahu, ada tambahan biaya transportasi, kalo kami keuntungan cuma Rp. 2.500 per zaknya, tapi pelaporannya njlimet, harus harian, mingguan dan bulanan, ke pabrik. sebenarnya gak cucuk (cukup), padahal kami harus keluarkan modal ratusan ribu rupiah, untuk menebus per zaknya," ungkapnya. 

Polemik Inthil - Inthil

Sementara saat dikonfirmasi terkait penjualan paket pupuk non subsidi, dengan berat 1 - 2 kilogram, satu paket dengan penjualan pupuk bersubsidi, para distributor juga menyampaikan bahwa itu adalah permintaan dari produsen pupuk.

"Jadi begini soal inthil - inthil, itu adalah pupuk yang juga sebenarnya dibutuhkan oleh petani, karena kualitas pupuknya yang bagus, bisa meningkatkan produksi pertanian atau padi, dan pupuk ini karena non subsidi, harganya mahal, saat dijual bersama satu paket, jelas ada kenaikan harga, belum lagi biaya transportasinya, diambil dari distributor ke pengecer, oleh karena kami minta, agar Pemkab Blora bisa meminta kepada produsen untuk menaikkan kuota pupuk bersubsidi kembali, sesuai dengan kebutuhan petani," jelasnya kembali.

Di lain tempat, Aktifis pembela petani yang menginisiasi tolak penjualan inthil - inthil, Exy Agus Wijaya, mengungkapkan keprihatinannya akan penderitaan kaum tani, akibat kisruh pupuk bersubsidi yang dijual satu paket dengan pupuk non subsidi yang disebut inthil - inthil.

"Para petani sudah sekian lama dibodohi, secara struktural, sistematis, dan massif, analoginya begini bagaimana mungkin satu orang pengecer bisa membodohi ratusan bahkan ribuan petani, dengan menjual pupuk bersubsidi bersama inthil - inthil, sementara tidak ada aturannya harus membeli dalam satu paket, untuk itu kita bersama membentuk dan menggalang massa petani untuk bersama tolak penjualan inthil - inthil secara paksa kepada petani, dan bersama - sama petani untuk berantas penyelewengan penyaluran pupuk bersubsidi" tandasnya kepada Monitor Ekonomi. (Rome)

Posting Komentar

0 Komentar