IKLAN




 

Lestarikan Situs Makam Batu Besar Wong Kalang


"Situs Makam Batu Besar Wong Kalang di Desa Bleboh, layak untuk dilindungi dan dilestarikan keberadaannya, sebagai bagian dari sejarah peradaban manusia dari Blora, sekaligus untuk kembangkan wisata cagar budaya Desa Bleboh"

Makam Batu Besar

BLORA, ME - Seperti diketahui sebanyak 15 makam kuno Wong Kalang ditemukan di kawasan hutan Desa Bleboh, Kecamatan Jiken, Blora. Temuan baru ini menambah daftar makam Wong Kalang yang ada di desa tersebut menjadi 23 makam. Jejak peradaban megalitikum itu harus dijaga dan dilindungi.

"Sebelumnya di Desa Bleboh sudah ada 8 makam yang ditemukan. Kemudian ditemukan baru, ada 15 makam. Jadi total ada 23 makam Wong Kalang di desa tersebut," terang Kepala Bidang Kebudayaan Dinporabudpar Blora M. Solichan Mochtar mewakili Kepala Dinporabudpar Blora Slamet Pamuji.

Oleh karena itu jangan sampai dirusak karena ini menjadi aset budaya dan bisa dikembangkan jadi wisata edukasi sejarah.

Dikatakan Solichan, peradaban Wong Kalang sudah ada sejak zaman sebelum masuknya Hindu-Budha. Wong Kalang ini merupakan sub suku di Jawa yang tinggal di kawasan hutan.

"Mereka hidup di kawasan Bojonegoro, Blora, Pati, dan sekitarnya. Biasanya makam Wong Kalang ditandai dengan batu besar di atasnya. Di dalamnya biasa juga terdapat benda berharga saat hidup yang turut dikubur atau yang disebut bekal kubur" paparnya.

Jarak Tempuh Jauh

Makam batu besar yang ditemukan itu, tidak sebagaimana lazimnya makam pada zaman sekarang, khususnya makam Islam dengan posisi kepala di utara dan menghadap kiblat. Melainkan dengan meletakkan kepala ke arah timur dan kaki ke arah barat.

Proses pemakaman seperti itu menganut Konsepsi Chtonis, yang berpendapat, timur merupakan arah matahari terbit sehingga bisa diartikan sebagai awal kehidupan.

Sedangkan barat merupakan arah tenggelamnya matahari, yang dimaknai dengan akhir dari kehidupan. Perjalanan menuju tempat ke lokasi itu tidak mudah dan perlu dipandu oleh warga setempat. 

Dari pusat kota berjarak lebih kurang 27 kilometer, melewati simpang Desa Cabak di wilayah KPH Cepu. Kondisi jalan melewati tengah hutan jati itu banyak yang berlubang. Bahkan di antara lubang-lubang jalanan itu dipenuhi kubangan air.

Sekitar dua kilometer dari tempat kubur batu Wong Kalang, harus menempuh jalan kaki melewati jalan setapak. Kemudian melalui semak-semak penuh kerikil dan medan yang sangat berat. Bisa juga dilewati dengan kendaraan bermotor roda dua, namun harus ekstra hati-hati.

Sudah Tidak Utuh

Makam batu dengan lebar satu meter dan panjang 2,5 meter, dan beberapa di antaranya lebih kecil sedikit dari ukuran itu, banyak yang sudah tidak utuh

Menurut penuturan Kamituwo Dusun Bendo Desa Bleboh, Ngatmiyanto, hal itu akibat diambil orang-orang yang tidak mengetahui kalau itu adalah peninggalan bersejarah.

“Orang sini mengenalnya sebagai tapaan. Tetapi setelah ada penelitian dari Balai Arkeologi yang menyatakan lokasi itu adalah makam wong Kalang, barulah saya menyampaikan kepada warga. Awalnya, warga tidak percaya, bahkan saya juga dikomplain tapi akhirnya bisa dipahami,” kata dia.

Bahkan beberapa benda peninggalan Wong Kalang kerap ditemukan warga di sejumlah tempat, seperti sabit, golok, mata tombak dan pangot.

“Penemuan itu diserahkan kepada saya dan saya laporkan ke Dinporabudpar. Sebagian masih saya rawat untuk dibuatkan wrangka (wadah),” jelasnya. (Rome)

Posting Komentar

0 Komentar