IKLAN




 

Isnandar, Pengusaha Keripik Tempe Belum Merasakan Bansos Pandemi Covid-19

 


"Isnandar, salah seorang pengusaha keripik tempe di sentra industri keripik Kelurahan Kedungjenar, Kecamatan Blora masih bertahan memproduksi meski terdampak pandemi Covid-19."  

Dampak Covid 19

BLORA, ME - Meskipun, sejak wabah Corona melanda, keripik tempe (Mawar Mekar) yang diproduksi nyaris tidak laku dan sepi peminat dibandingkan sebelum Covid-19. 

“Empat bulan nyaris tidak laku akibat  Corona. Produksinya dikurangi. Tapi masih bertahan. Biasanya kalau Lebaran laku hingga 800 %  dari dari omzet produksi, tapi tahun ini sangat prihatin.  Selama Covid-19, pembeli tinggal 5% hingga 10%. Sekarang sudah mulai kembali, artinya sudah 50%  ke atas dalam bulan terakhir ini,” terangnya, di Blora, Jumat (25/9/2020). 

Ia menyebut, meski  terdampak pandemi Covid-19, keripik tempe gurih dan renyah yang diproduksi bisa bertahan hingga beberapa hari dalam kemasan. 

“Saya ini memproduksi dan menjual keripik sudah 35 tahun bersama istri saya. Anak saya tiga, sudah berkeluarga semua. Dari hasil penjualan keripik ini, saya bersyukur bisa menguliahkan anak hingga tamat sarjana,” ungkapnya. 

Kini, di usia paruh baya, dirinya bersama istri tinggal berdua di rumah sambil terus memproduksi keripik tempe di antara sejumlah warga pembuat keripik tempe lainnya di kelurahan Kedungjenar. Pemesan bis atang langsung atau menghubungi melalui telepon. 

“Sekarang sudah mulai laku terjual lagi. Jadi perlahan-lahan bangkit kembali ekonomi rumah tangga kami,” kata dia.

Biasanya, kata dia, puluhan keripik tempe yang dibanderol pada kisaran harga Rp. 6.000,- per bungkus itu diminati warga baik untuk oleh-oleh atau lauk keluarga. 

“Keripik tempe yang saya produksi sudah cukup dikenal. Baik di dalam dan luar kota Blora. Untuk oleh-oleh,” ucapnya.   

Dalam kegalauan, Isnandar menceritakan selama pandemi Covid-19 belum pernah mendapat bantuan sosial dari pemerintah seperti halnya beberapa pembuat keripik lainnya di wilayah setempat. 

“Sama sekali, selama ada korona, saya sama sekali belum pernah menerima bantuan dari pemerintah. Padahal yang lain dapat, mungkin terlewatkan. Padahal sama-sama terdampak, ” ungkapnya. 

Ia pun berharap kepada pemerintah supaya memberi perhatian kepadanya yang mungkin terlewatkan menerima bantuan atau karena ada hal lainnya terkait penerima bantuan.    

Selain keripik tempe, dirinya juga menjual aneka bahan kerupuk mentah dan makanan olahan lainnya seperti rengginang. 

“Saya tetap bersyukur. Semoga wabah korona segera sirna,” ucapnya. 

Hal senada disampaikan oleh Erna, pengusaha keripik lainya di Kelurahan Kedungjenar. Ia mengaku selama pandemi Covid-19, usahanya sepi peminat. 

“Biasanya bulan Sura, banyak pembeli. Tapi tahun ini sangat sepi. Produksi tetap, tapi saya kurangi,” katanya. 

Berbeda dengan Isnandar yang mengaku belum pernah terima bantuan. Erna mengatakan menerima bantuan sembako dari pemerintah senilai Rp. 200 ribu selama masa pandemi Covid-19. 

“Saya dapat bantuan paket sembako,” ucapnya

. (*)

Posting Komentar

0 Komentar