Geger tanah Wonorejo kembali menjadi wacana dan "Amunisi" politik, dalam setiap menjelang perhelatan Pilkada Blora. Satu pihak mengklaim, bisa menyelesaikan persoalan itu dengan mudah, untuk meraih suara mayoritas para pencari keadilan tersebut. Dan itu, adalah sah - sah saja, tidak ada yang salah dengan permainan politis tersebut, apakah nantinya berhasil, Wallahu alam..sejarah mencatat, tidak satupun yang berhasil, sejak Basuki Widodo, hingga Djoko Nugroho, di akhir puncak jabatannya.
Tumpang tindih peristiwa hukum yang rumit, berkelindan dengan pembiaran Pemerintah, selaku pemilik aset tersebut atas penggerogotan tanah eks hutan jati milik KPH Cepu itu. Juga ada cerita, bahwa tanah Wonorejo, ditempati oleh orang - orang yang tergusur oleh proyek Pertamina, yang tidak pernah terdengar isunya. Apapun itu adalah luka yang tidak pernah ada obatnya. Orang - orang eks Wonorejo, ibarat orang - orang yang terbuang. Habis suaranya memenangkan calon, tenggelamlah solusi untuk mereka.
Karena proses hukumnya, tidak semudah yang dibayangkan, saat melontarkan janji - janji kampanye, di hadapan warga eks Tanah Wonorejo. Sebagai bentuk komoditas politik belaka, para petualang politik, mengeksploitasi penderitaan mereka, bak Malaikat yang diutus oleh Allah SWT, untuk menyelamatkan mereka. Lalu bagaimana, memecahkan persoalan 85 hektar tanah, yang sebagian (29%) menjadi milik tiga pengusaha, yang menjadi investor untuk pengadaan tanah pengganti hutan tersebut. Karena tidak mungkin aset pemerintah itu dijual untuk umum, otomatis tidak boleh disertifikatkan menjadi hak milik.
Solusi yang terbaik adalah, menjadikan tanah eks Wonorejo itu sebagai kawasan industri terpadu, disewakan kepada investor untuk proyek - proyek manufaktur, dengan perjanjian, memanfaatkan potensi lokal yang ada, termasuk tenaga kerja seluruh penghuninya, yang masih memiliki produktivitas kerja. Dan mengupayakan kawasan perumahan baru, untuk mereka. Sekilas teori ini, sangat mudah dan empuk untuk dilaksanakan, seakan tidak ada persoalan atau terkesan menggampangkan, namun ini layak untuk dicoba. Tawarkan tanah Wonorejo ke investor untuk dibangun kawasan industri, dengan klausul penyerapan tenaga warga diutamakan, disediakan perumahan yang layak, dan murah. Ini adalah langkah solutif, semua menang, Pemerintah tenang, rakyat senang, pertumbuhan ekonomi terbentang. (Rome)
0 Komentar