Oleh. Farid Darwanto
Sambut New Normal
Farid D. |
Tempat keramaian seperti Sport Center, alun-alun sudah nampak rame kembali. Para pengunjung mulai disuguhi menu-menu kesukaan mereka, sekedar makanan ringan teman tongkrong atau pelepas dahaga saat selesai olah raga.
Es Teh tentu ada, beserta es blender dengan berbagai rasa pilihan para pengunjung, untuk melengkapi makanan ringan yang dijajakan. Beberapa dari pedagang kaki lima, memang belum begitu banyak menu, karena meraka masih khawatir pembeli belum normal.
Memang terasa sekali, setelah pandemik Covid 19 dan dilanjutkan New Normal, kebiasaan masyarakat ada yang beda. Dari soal mengatur prosedur kesehatan, hingga mengatur pengeluaran, mereka harus jeli, karena memang perputaran ekonomi masih sepi.
Berdamai Dengan Covid
New normal memang belum jaminan hilangnya virus corona, namun mencoba berdampingan dengan virus. Dengan senantiasa mengikuti protokol kesehatan, adalah cara pencegahan yang bisa dilakukan, agar tetap bisa melakukan aktifitas sehari-hari, biar ekonomi tidak terjadi macet.
Pertimbangan ekonomi inilah, sebagai alasan untuk tetap menjalankan aktifitas. Walaupun ditengah pandemi, namun perlu mewaspadai munculnya claster baru sebagai penyebar virus tersebut. Dengan mulai dibukanya kembali fasilitas umum, diharapkan ekonomi tetap berputar, dan masyarakat tetap sadar akan pentingnya kebiasaan hidup bersih dan sehat pada diri masing-masing.
Beberapa daerah masih mengevaluasi pelonggaran PSBB, karena menganggap data dari grafik masyarakat yang terjangkit masih belum bisa ditekan atau berkurang, dan tingkat kesembuhan dari penderita masih rendah. Sedangkan di Kabupaten Blora memang beberapa hari terakhir ini, data menunjukkan penambahan kasus melandai dan tingkat kesembuhan, menunjukkan adanya peningkatan, namun hal itu tentunya, tidak ada jaminan aman bahwa virus tersebut telah usai.
Galakkan Olahraga Bersepeda
Sepeda Minion Tren baru sepeda daur ulang |
Bersepeda sepertinya menjadi pilihan untuk bisa tetap berolahraga dengan meminimalisir bergerombol di tempat umum, selain olah raga tentunya pikiran jadi fresh, karena melihat pemandangan sepanjang jalan yang dilewati, apalagi menyusuri jalan pedesaan yang masih hijau, indah untuk mata yang sehari-hari jenuh didalam rumah.
Bersepeda dengan komunitas tentu lebih seru, karena banyak teman dan bisa bercanda sepanjang perjalanan, namun karena pertimbangan protokol kesehatan, tentu pilihan bersepeda dengan kelompok kecil, tetap bisa menarik.
Yang menarik lagi, munculnya para kelompok pesepeda baru dengan gaya sepeda modifikasi, dari sepeda lama yang diupgrade, bisa menjadi sebuah peluang usaha sampingan yang lumayan menjanjikan.
Sepeda yang mungkin sudah tak layak pakai, sekarang menjadi buruan kolektor dan bisa dijual dengan harga cukup tinggi, berdasarkan tingkat keunikan dan kelayakan tampilan. Hal itu mampu menumbuhkan kreasi dari penghobi, dan tentu menghidupkan juga para bengkel, dan tukang cat yang laris menerima orderan dari penggemar.
Kalau dibandingkan dengan harga sepeda baru, memang tidak jauh berbeda namun keunikan dan gaya retro untuk menambah PEDE para pemakainya. Peluang ini membuat para kolektor, rela berburu bahan dari pengepul besi tua/rosok dan toko sepeda bekas di kota-kota disekitar, kadang malah sampai ke kota Semarang atau Surabaya. Geliat Ekonomi Kreatif mulai bangkit kembali. (Frd)
0 Komentar