IKLAN




 

BERTANI TEMBAKAU LEBIH MENJANJIKAN


Pesatnya Tembakau Di Blora
Blora-ME, Perkembangan lahan tembakau di Blora meningkat dengan cepat. Akibatnya ratusan hektar lahan pertanian pangan dan palawija, beralih fungsi, karena dianggap sudah tidak menguntungkan lagi secara ekonomi. Petani Blora kini mengalihkan tanamannya, dengan harapan bisa menyejahterakan mereka, ditambah lagi kepastian harga yang lebih tinggi dan adanya kemitraan dengan perusahaan pengepul, yang menjamin pembeliannya usai panen. PT Sadana, yang berkedudukan di Rembang, memiliki andil yang besar akan perkembangan tembakau di Blora. Berdasarkan penelusuran majalah kesayangan Monitor Ekonomi, sebagian besar petani tembakau di Blora menjalin kemitraan dengan perusahaan tersebut di atas.


Areal tembakau yang berkembang pesat di Blora.
Petani Tembakau Harus Ulet
Kades Bejirejo, Kecamatan Kunduran, Sri Suprihatin mengakui bahwa bertanam tembakau lebih menguntungkan, "Dibanding tanam padi, tembakau lebih menguntungkan, per hektar bisa untung sekitar Rp. 20 juta, bayangkan kalau kita tanam padi atau tebu," ungkapnya. Akan tetapi bertanam tembakau itu tidak mudah, harus disiplin dan ulet. Disiplin mengikuti petujuk teknis dari penyuluh yang difasilitasi oleh PT. Sadana.
" Mulai dari penanaman, pemupukan dan pengairannya hingga proses panen dan pengeringannya harus tepat" paparnya.


Harga Sesuai Kriteria Petikan Daun
Penjualan hasil panen tembakau dilakukan pasca pengeringan daun yang dipetik. Panen yang pertama adalah tiga daun terbawah. kemudian dikumpulkan sesuai dengan kriteria daun petikannya. Dilanjutkan panen kedua dari daun atasnya, harga paling mahal adalah petikan daun kedua dan pertama. Semua itu harus dibedakan, kalau ingin kualitasnya baik.
"Penyortiran dan pengumpulan daun harus dilakukan dengan benar, jangan dicampur - campur, pokoknya ikuti petunjuk dari penyuluh," tandas Kades yang suka berinovasi dan pekerja keras ini.


Tempat pengeringan daun tembakau yang telah dipanen.
Tembakau Meningkatkan Ekonomi Desa
Budidaya tembakau ini memang tengah digalakkan oleh para Kepala Desa, karena mampu menyerap tenaga kerja harian dalam jumlah yang besar, termasuk tenaga kerja wanita. Saat panen setidaknya dibutuhkan 7 - 10 orang untuk mengurusi tembakau, mulai dari dipetik, merenteng hingga menjemur.
"Saat panen para ibu - ibu warga kami dikerahkan, dengan upah Rp. 40.000 per orang setiap harinya. Itu sangat membantu untuk memenuhi kebutuhan keluarganya, jadi ini bisa menjadi solusi untuk membuka lapangan pekerjaan di desa" tambahnya.(rome)

Posting Komentar

0 Komentar