IKLAN


 

Tebu Komoditas Unggulan, Minim Fasilitas Penunjang

Komoditas tebu rakyat mampu meningkatkan perekonomian rakyat, untuk butuh perhatian dari Pemerintah Kabupaten Blora

"Komoditas tebu terus meningkat di Blora, seiring dengan perluasan lahan hutan yang dikerjasamakan untuk menanam bahan baku pembuat gula kristal tersebut, akan tetapi peningkatan itu, tidak sebanding dengan fasilitas penunjang produksi dan tenaga kerjanya, Pemerintah diminta ikut turun tangan, membantu industri padat karya ini"

Sinergitas yang baik antara Eksekutif - Legislatif, Petani Tebu dan Pengelola Pabrik Gula harus terus dijaga untuk.memberikan kepastian serapan komoditas tebu rakyat

Perluasan Lahan Tebu
BLORA, ME - Pemerintah Kabupaten Blora diminta turun tangan untuk membantu para petani tebu, seiring bertambah luasnya areal perkebunan tebu. Diperkirakan luas lahannya telah mencapai lebih dari 1500 hektar, sejak berdirinya pabrik gula di wilayah Desa Tinapan, Kecamatan Todanan.

Dengan semakin luasnya tanaman tebu, berarti kepercayaan petani akan komoditas tersebut semakin meningkat, karena serapan pasar jelas, langsung ke pabrik - pabrik gula, baik dari wilayah Jawa Tengah, yaitu di Blora, Pati, dan wilayah Jawa Timur, seperti di Kabupaten Ngawi yang terdekat.

Akan tetapi perjalanannya juga tidak semulus jalan tol, berbagai kendala mulai muncul, dari kerusakan peralatan giling, harga rendah, minimnya tenaga kerja, dan infrastruktur jalan yang tidak memadai, apalagi bila lahannya ada di wilayah hutan, membuat biaya operasional pasca panen meningkat.

"Saat ini banyak lahan tebu yang ditanam di wilayah hutan, dan ini sudah masuk masa panen semua, tapi yang dialami saat ini oleh para petani tebu, minim tenaga kerja pemanen, wilayah Blora termasuk yang di lahan hutan, baru 50% terserap panennya, itu tenaga kerjanya sudah habis - habisan, jadi para Boss tebu itu pada harap - harap cemas nunggu giliran dipanen," ujar Bambang, salah seorang Pendamping Kelompok Tani Hutan di Desa Ngiyono, Kecamatan Japah.

Nilai Ekonomi Tinggi
Selain minim tenaga kerja, tidak kalah penting adalah infrastruktur jalan menuju lokasi panen, untuk mengangkut tebunya. Seringkali kondisi jalan tidak memungkinkan untuk dimasuki truk - truk pengangkut tebu dengan tonase besar. Hal ini juga menjadi faktor, naiknya biaya produksi tanaman tebu, terutama di lahan - lahan hutan.

"Tanam tebu itu, tingkat keberhasilannya tinggi, 90% berhasil, tinggal perawatannya, meskipun sekali tanam, masa panennya panjang yaitu setahun sekali, namun ratunnya bisa dipanen 4 - 5 kali, artinya usianya mencapai 5 tahun, setelah itu harus diganti bibitnya,, biaya tanam awal mencapai.Rp. 25 juta per hektar, belum termasuk sewa lahannya, sedangkan biaya panen dan pengangkutnya bervariasi tinggal tingkat kesulitan jalur lahannya" ungkap Eko Asmoyo, petani tebu senior dari Japah.

Panen tahun pertama, paparnya kepada Monitor Ekonomi, per hektar bisa mencapai 100 ton, dengan perawatan yang baik, tahun kedua dan ketiga menurun 20%, jadi 80 ton, kemudian tahun keempat dan kelima, turun lagi jadi tinggal 60 ton per hektar, dengan harga pembelian pabrik bervariasi, seperti di Pabrik Gula Trangkil harga tebu glondongan mencapai Rp. 830.000 per ton.

Untuk itu Pemerintah diharapkan bisa membantu, dengan membangun jalan produksi di lahan - lahan tebu, selanjutnya bisa dikenakan retribusi, dengan catatan tidak melanggar hukum atau peraturan yang ada. Jalun usaha produksi tebu, bisa diupayakan menjadi bentuk investasi khusus daerah, seperti jalan tol, jalan yang berbayar.

Peralatan Panen Modern
Dengan hasil panen yang berlimpah, dan nyaris serentak, membuat para pelaku usaha tebu juga pusing tujuh keliling, pasalnya jumlah tenaga kerja tidak sebanding dengan jumlah panen tersebut, yang mana rata - rata membutuhkan 6 - 7 tenaga kerja untuk panen satu hektar tebu. 

Jika jumlah luas lahan ada 1500 hektar, maka dibutuhkan 9000 - 10.000 lebih tenaga kerja, jumlah tenaga kerja itu tidak.terpenuhi, karena membutuhkan keahlian khusus, dalam memanen dan menata batang - batang tebu tersebut ke dalam bak truk, harus dalam kondisi tertata rapi, maksimal dan tidak rusak.

"Upah pekerja tebang tebu rata - rata per orang Rp. 100 ribu - Rp. 120 ribu per hari, mereka bekerja secara tim, termasuk armada pengangkutnya, ini saja masih kurang, tenaga yang ada tidak mencukupi, oleh karena itu dibutuhkan alat penebang tebu, untuk mempermudah dan mempercepat panennya, inilah yang dibutuhkan petani tebu, kalo kelompok tani padi dapat combi, ya petani tebu juga perlu dibantu alat penebang tebu itu," umgkap Bambang kembali.

Pemerintah juga diharapkan bisa ikut membantu petani tebu, manakala ada persoalan permodalan dan penyerapan ke  pabrik - pabrik tebu, termasuk stabilitas harga dan kuantitasnya serta kualitasnya, dengan penyediaan bibit unggul dan pendampingan teknologi penanaman tebu kepada petani. Jadi, berikan bukti bahwa Pemerintah Blora akan mewujudkan swasembada ketahanan pangan Nasional, di sektor perkebunan tebu, dengan kebijakan untuk.membantu fasilitas tersebut, karena perputaran ekonominya cukup besar, per tahun bisa mencapai Rp. 450 Milyar - Rp. 500 Milyar. (rome)


Posting Komentar

0 Komentar