Diskusi Forum Jaringan Media Siber Indonesia (FJMSI) Blora sebagai embrio terbentuknya organisasi pers JMSI Kabupaten Blora dihadiri Ahli Pers dari Dewan Pers
Foto bersama FJMSI Blora dengan Pengurus DPP JMSI Pusat, Jayanto Arus Adi (berbaju kuning) di Slapa Jazz Cafe and Resto
Diskusi FJMSI Blora
BLORA, ME - Forum para pengelola media siber yang tergabung dalam Forum Jaringan Media Siber Indonesia (FJMSI) Kabupaten Blora gelar diskusi dengan Jayanto Arus Adi, Ahli Pers dari Dewan Pers Indonesia, yang juga Pemimpin Umum dari Republik Merdeka Online.ID (Repmol.ID) Jawa Tengah, yang dalam diskusinya membahas perjuangan para insan pengelola media online di Slapa Cafe dan Resto, Jalan Bhayangkara Kridosono Blora, pada Senin (21/9/2025).
Dalam sambutannya, Bambang Sartono, yang akrab dipanggil Bangsar, selaku Ketua FJMSI Kabupaten Blora mengungkapkan maksud digelarnya diskusi tersebut, adalah untuk menjalin silaturahmi dan mengkonsolidasi pendirian organisasi pers yang akan bernaung di bawah bendera Jaringan Media Siber Indonesia Pusat atau DPP JMSI Pusat agar bisa dibentuk tingkat Kabupaten Blora.
"Kami berkumpul di sini, dalam upaya untuk konsolidasikan teman - teman para pengelola media siber, yang juga kita akan usulkan menjadi Pengurus Cabang JMSI Kabupaten Blora, untuk itu kita minta kehadiran mas Jayanto Arus Adi, selaku Pengurus JMSI Pusat, yang juga sebagai Ahli Pers di Dewan Pers, untuk bisa memberikan arahan terkait visi dan misi JMSI, sekaligus untuk membantu media siber kita masuk dalam verifikasi Dewan Pers," ungkap Bangsar dalam sambutannya.
Pahit Getir Media
Di tempat yang sama, turut hadir sebagai narasumber diskusi Pemimpin Koran Mingguan Diva, Abas Darsono, yang menceritakan pahit getirnya dan pengalamannya dalam mengelola koran mingguan Diva, yang terbit sejak tahun 2003 atau sudah lebih dari dua dekade di Blora dan sekitarnya, dan kini ikut terjun dalam media siber atau online karena tuntutan jaman, dengan nama web korandiva.com.
"Saya terbitkan koran Diva pada tahun 2003, jaman Mas Mumuk (Slamet Pamudji) jadi Kepala Bagian Hubungan Masyarakat (Humas) Setda Blora, semua urusan media dan wartawan ketemunya sama dia, kami hidup dari jumlah oplah pelanggan dan iklan, awal dulu saat harga koran Rp. 1000,- langganan saya mencapai 4000 pembaca, ketika naik jadi Rp. 3500,- jadi berkurang, sekarang naik lagi jadi Rp. 5000,- pelanggan kita berkurang lagi, kemudian karena tuntutan jaman saya buat korandiva.com, tapi jujur saja tidak kontribusi pendapatan di media online kita, andalannya dari cetak saja," beber Abas, yang juga mantan Wartawan Koran Harian Jawa Pos ini.
Sementara itu, mantan Pejabat Birokrasi Pemerintah Kabupaten Blora, Slamet Pamudji yang akrab disapa Mumuk ini, sangat mengapresiasi pertemuan dan diskusi yang digelar di Slapa Jazz Cafe and Resto, yang jadi usahanya untuk mengisi hari - hari pensiunan Kepala Badan Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (BPPKAD) Kabupaten Blora ini. Menurutnya, banyak munculnya media online atau media siber itu adalah keniscayaan teknologi informasi yang selalu berkembang mengikuti jamannya.
Terminologi Media Profesional
Sebagai gong kegiatan diskusi, Jayanto Arus Adi, mengungkapkan perannya sebagai Ahli Pers di Dewan Pers, sangat mendukung independensi nedia pers untuk memberikan informasi dan publikasi yang berpihak pada kepentingan publik. Menurutnya, ada 5 terminologi media pers yang baik dan profesional, yaitu pers harus baik secara spiritualis, memiliki jejaring yang luas, memiliki intelektual yang tinggi, ahli dalam pemasaran dan punya ketajaman politis.
"Lima terminologi media profesional ini harus bisa kita wujudkan, untuk menunjukkan kapasitas dan kapabelitas kita sebagai insan media pers, jadi para pemilik media ini, itu sekelas dengan para pemimpin daerah, tergantung jangkauan luasnya media itu beredar, apakah media kelas nasional, regional atau lokal, ini harus diimbangi dengan kompetensi para pengelola medianya, jadi saya sangat mengapresiasi kegiatan ini, semoga terus dikembangkan diskusi - diskusi yang berbobot, mengangkat isu - isu yang terhangat, dalam rangka aktif menjadi pilar demokrasi yang keempat, untuk kepentingan publik, publik berhak mendapatkan berita yang akurat," ujar mantan Redaktur Pelaksana Koran Harian Suara Merdeka ini.
Terkait dengan tantangan untuk menghadapi disrupsi media sosial, Jayanto mengungkapkan agar para pengelola media baik cetak maupun online tetap optimis dalam menjalankan bisnisnya. Menurutnya, masyarakat masih membutuhkan media pers, karena kedalaman informasinya dan akurasi data - data yang diperoleh baik dari narasumber atau dari dokumen penunjang lainnya, yang tersusun dalam naskah jurnalistik.
"Media pers itu masih menjadi kebutuhan masyarakat, untuk mendapatkan informasi yang baik dan benar, karena kedalaman penggalian datanya, keterangan narasumber yang berkompeten, dan termasuk juga kemampuan intelijensia wartawan dalam mencari berita, jika dibandingkan dengan media sosial yang seringkali tidak komplit datanya, peristiwa maupun kondisi fakta di lapangan, kita harus optimis masyarakat masih butuh kita, untuk itu kita harus tingkatkan kemampuan jurnalistik kita," ungkap mantan fotograper yang pernah meraih penghargaan internasional ini. (Rome)
0 Komentar