Edutrip Perguruan Muhammadiyah
Solo, ME - Puluhan Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK) dari Perguruan Muhammadiyah Kottabarat Solo, mengikuti kegiatan edutrip (education and trip) selama 3 hari 2 malam ke Lombok, Nusa Tenggara Barat (24-26/6/2024). Seluruh GTK dari KB-TK Aisyiyah, SD, SMP, SMA Muhammadiyah PK pulang pergi ke Lombok naik pesawat terbang.
Direktur Perguruan Muhammadiyah Kottabarat Solo, Dr. Mohamad Ali, menyampaikan kegiatan edutrip ke Lombok sebagai bentuk apresiasi Pimpinan Perguruan Muhammadiyah Kottabarat kepada guru dan tenaga kependidikan atas prestasi yang ditorehkan selama ini dari KB-TK, SD, SMP dan SMA. Selain itu, sebagai bentuk penghargaan bagi GTK yang sudah sepuluh tahun ke atas mengabdi dan berdedikasi untuk kemajuan Perguruan Muhammadiyah Kottabarat.
“Mengapa edutrip ke Lombok, karena masih banyak pusat - pusat wisata dan budaya tradisional. Hal itu menjadi bagian dari upaya kita, untuk merawat budaya dan kebhinekaan. Kenapa naik pesawat, agar teman-teman yang belum pernah naik pesawat bisa menikmatinya,” ujarnya sambil tersenyum.
Dr. Mohamad Ali menambahkan edutrip ini diikuti tidak hanya pimpinan saja, tetapi juga tenaga kebersihan, sekuriti, staf tata usaha dilibatkan semua. Semoga acara seperti ini bisa meningkatkan motivasi semua, untuk bekerja lebih keras dalam pengembangan Perguruan Muhammadiyah Kottabarat.
Kunjungi Sirkuit Mandalika
Sementara itu, Kepala SMP Muhammadiyah PK Solo, Muhdiyatmoko, mengaku sangat berkesan dengan kegiatan edutrip ke Lombok. Ia mengungkapkan rasa syukur alhamdulillah dapat menikmati Mandalika di Lombok. Apalagi, setelah kegiatan sekolah yang cukup padat, bisa refresh sejenak.
“Semoga bisa memberikan nuansa baru dan semangat baru untuk pengembangan Perguruan Muhamamdiyah Kottabarat. Perguruan Muhammadiyah Kottabarat jaya, jaya, dan jaya,” ungkapnya.
Peserta edutrip sejumlah 46 GTK melakukan perjalanan naik pesawat terbang dari Bandara Juanda Surabaya hingga Bandara Lombok Praya. Tiba di Lombok, peserta disambut dengan kuliner nasi balap puyung. Kegiatan berikutnya mengunjungi wisata Desa Adat Ende, Wisata Pantai Kuta, Bukit Seger, dan tidak lupa Sirkuit Mandalika.
Hari kedua, peserta menikmati wisata di Gili Trawangan. Menikmati keindahan pantai dan terumbu karang dengan snorkeling, tour sepeda, dan bottom glass bout. Peserta diajak menikmati belanja oleh - oleh khas Lombok.
Boarding School Muallimin
Momen yang istimewa, malam harinya pada Selasa (25/6) peserta edutrip Perguruan Muhammadiyah Kottabarat mendapatkan kesempatan berkunjung ke Boarding School, Muallimin Muhammadiyah, Lombok Barat. Kegiatan kunjungan tersebut untuk melakukan diskusi refleksi antisipasi dinamika pendidikan Muhammadiyah masa depan.
Kegiatan diikuti Ketua Komite Perguruan Muhammadiyah Kottabarat, Marpuji Ali, Rektor Universitas Muhammadiyah Mataram, Abdul Wahab, Ketua PDM, Ketua PDM Lombok Barat, dan Pimpinan MBS Mualimin Lombok Barat. Ketua Komite, Marpuji Ali mengajak kepada GTK dari Perguruan Muhammadiyah Kottabarat, untuk berdiskusi dan sharing tentang pengembangan sekolah. Ia berharap kegiatan diskusi dan sharing mampu memberikan semangat bagaimana menghadapi dinamika pengembangan sekolah di masa depan.
“Alhamdulillah rombongan bisa bersilaturahim di kampus Mualimin ini. Mari kita lihat perjalanan kita bersama, bangunan sekolah tidak muncul tiba-tiba. Semua itu dimulai dari cita-cita ingin membangun lembaga pendidikan yang bermartabat. Program khusus juga seperti itu, dimulai hanya SD, pindah ke Kottabarat dan diawali dengan dinamika yang luar biasa. Hal ini menjadi momen kita mengingat kembali masa lalu untuk menghadapi dinamika masa depan sehingga terjadi peningkatan ke depan,” ujar Marpuji Ali.
Belajar Tenun Songket
Hari ketiga, Rabu (26/6) rombongan mengunjungi dan belajar menenun kain songket di Industri Kain Songket Dharma Setya Lombok. Peserta mencoba belajar menenun dan berfoto menggunakan busana adat Lombok.
Yoga Irham selaku pemandu wisata lokal menyampaikan terima kasih atas kunjungan dari Perguruan Muhammadiyah Kottabarat. Ia menjelaskan di Lombok ada tiga tempat pelestarian adat antara lain Desa Bayan, Ende, dan Sade. Ketiganya dari segi adat dan budaya dan rumah tradisional sama karena sama-sama orang suku Sasak. Destinasi wisata sudah berdiri sejak 1998 lalu atau 25 tahun berjalan.
“Bedanya di Ende ada tari tradisional dan pertarungan anak-anak. Biasanya satu hari bisa 30 bus dan ini memberikan tambahan pendapatam masyarakat. Selain dari pertanian, masyarakat bisa mendapatkan omset dari aset kerajinan dan sawer suka rela dari tarian,” ungkapnya. (Nug/ME)
0 Komentar