IKLAN




 

Jembatan Merah, Semerah Tekad Yunus

Warga manfaatkan jembatan merah untuk memperpendek jarak tempuh dari Desa Buluroto menuju Desa Tutup

"Pengusaha konstruksi dari Karawang, Jawa Barat, Yunus nekad berinvestasi membangun jembatan yang melintas di atas sungai Lusi, untuk menghubungkan Desa Tutup - Buluroto"

Jembatan Kayu Bambu
BLORA, ME - Impian warga Dukuh Sasak, Desa Buluroto, Kecamatan Banjarejo dengan Dukuh Ngetrep, Desa Tutup, Kecamatan Tunjungan, untuk memiliki jembatan penghubung, akhirnya terwujud juga, meskipun bukan permanen.

Jembatan Merah sepanjang 60 meter dengan lebar 2 meter, membentang di atas Sungai Lusi, dengan konstruksi dari kayu papan jati untuk gelagarnya, dan kayu usuk untuk klonengnya, yang dicat merah, itu dibangun oleh Yunus, pengusaha konstruksi dari Karawang, Jawa Barat.

"Jembatan ini kita bangun, kurang lebih selama 2 bulan, habis biaya hingga Rp. 200 Juta untuk beli kayu, pengurugan, sewa tanah untuk akses jalan, Alhamdulillah ijin mudah dari dua Kades Tutup dan Buluroto, mereka sangat mendukung pembangunan jembatan merah ini, sangat membantu warga," bebernya kepada Monitor Ekonomi, Sabtu  (14/8/2021).

Salim, penjaga pos sekaligus penarik biaya lintas jembatan Rp. 2000 ,- sekali lewat untuk sepeda dan sepeda motor

Tarik Ongkos Rp. 2000
Karena jembatan itu dibangun oleh swasta murni, pihak investor menarik ongkos untuk warga yang melintas, sebesar Rp. 2000,- (Dua Ribu) sekali lewat, yang dipungut dari Pos Penjagaan jembatan, dan Yunus memperkerjakan satu orang karyawan, untuk menjaga sekaligus menarik "retribusi" per kendaraan sepeda motor dan sepeda yang lewat jembatan.

"Ini di sini masih sepi mas, penghasilan kami masih minim, sehari hanya dapat Rp. 60 Ribu - Rp. 70 Ribu, hanya cukup untuk biaya hidup sehari - hari, untuk makan, rokok, dan biaya kontrak rumah kami nantinya dan sewa tanah untuk akses jalan, agak ramai kalo ada komunitas sepeda hari Sabtu - Minggu atau hari libur," ungkap Salim, penjaga jembatan yang berasal dari Brebes.

Jembatan dengan konstruksi dari kayu dan bambu untuk penopangnya hanya dapat dilintasi sepeda dan motor roda dua

Investasi Untuk Sosial
Menurut Yunus, pemasukan dari Jembatan Merah yang dibangunnya di Blora ini, masih minim, sehingga masih harus disubsidi dari investasinya di lain tempat. Perlu diketahui, Yunus juga membangun jembatan di Bandung, Karawang, dan Porong, Surabaya.

"Investasi kami tidak semata - mata cari untung, kami ingin membantu warga yang terisolir, membuka konektifitas biar jarak tempuh tidak terlalu jauh, seperti di Bandung, kita bangun jembatan di atas danau Saguling, sepanjang 600 meter, jadi ini investasi sosial juga ya, bantu warga Dukuh Ngetrep dan Dukuh Sasak biar lebih dekat," ungkap Yunus kembali. 

Warga Terbantu Jarak
Keberadaan jembatan itu, diakui oleh banyak warga yang melintas, baik dari Ngetrep maupun Sasak, meskipun ditarik retribusi sebesar Rp. 2000,- per sekali lewat, warga tidak keberatan untuk membayarnya. Seperti yang diungkapkan oleh Edi, warga Desa Plosorejo, yang ingin mengunjungi keluarganya yang tinggal di Ngetrep.

"Kalo lewat jembatan ini, jadi lebih dekat dan cepat, tidak perlu mutar ke Sembung, terus ke timur menuju Tutup, baru ke Ngetrep," bebernya.

Hal yang sama juga diungkapkan oleh Arief, karyawan bengkel mobil yang berlokasi di Ngetrep, Desa Tutup, dirinya kerap disuruh untuk belanja onderdil di daerah Gabus, Kaliwangan, dengan adanya jembatan itu, jarak tempuh menjadi lebih dekat, katanya. 

Apresiasi Kepala Desa
Baik Kades Tutup maupun Kades Buluroto, menyambut baik adanya investor yang membangun jembatan di wilayahnya, pasalnya mereka selaku Pemimpin Desa sudah memikirkan, sekaligus mengusulkan kepada Pemerintah Kabupaten Blora, untuk bisa membangun jembatan penghubung antara dua desa tersebut.

"Kami sudah sering mengusulkan untuk pembangunan jembatan itu, melalui Musrenbang Kecamatan maupun Kabupaten, namun masih tertunda oleh Covid ini, semoga tahun depan bisa segera diwujudkan, sambil menunggu kita manfaatkan yang ada dulu, jembatan merah dari investor, Pak Yunus," ungkap Kades Buluroto, Margono kepada Monitor Ekonomi. (Rome)

Posting Komentar

0 Komentar