Sutini, perajin tempe dari Kelurahan Kedungjenar, Blora terpaksa menaikkan harga penjualannya akibat dari mahalnya kedelai yang menjadi bahan bakunya. |
"Perajin tempe di Blora terpaksa naikkan harga jualnya, akibat mahalnya bahan baku kedelai di pasaran, untuk tetap bertahan dari pandemi Covid 19"
Harga Kedelai Mahal
BLORA, ME - Mahalnya harga kedelai membuat perajin tempe di Kabupaten Blora resah. Salah satunya yang dialami Sutini (55) perajin tempe di Jl Serayu Kelurahan Kedungjenar Kecamatan Blora kota ini.
Menurut ibu tiga anak ini, tingginya harga kedelai memaksa dirinya ikut menaikkan harga jual tempe.
"Harga kedelai naik, ya harga juga saya naikkan mas. Saya ini kan jual kiloan. Per kilonya saya naikkan 2 ribu juga, yang biasa 10 ribu jadi 12 ribu. Kalau ukuran tetap sama tidak saya perkecil," ungkapnya, Senin (4/1).
Sutini mengaku sudah sejak tahun 1977 berjualan tempe. Setiap harinya ia biasa membuat tempe sebanyak 40-50 kilo.
"Kalau produksi saya itu minimal 40 kilo, tapi kalau pesanan banyak bisa sampai 50 kilo. Yang beli kan warga sini saja, yang banyak jualan keripik tempe," ujarnya.
Tidak Kurangi Produksi
Meski harga kedelai tinggi, tidak membuat ia mengurangi produksinya. Saat ini produksi tempenya masih sepeti saat harga kedelai belum naik.
"Produksi tetap sama saja. Kan yang beli juga tidak berkurang. Cuma harga saya naikkan saja. Dan pembeli saya itu rata-rata sudah paham, kalau tempe naik pasti kedelai harganya naik," terangnya.
Meski begitu, diirinya berharap agar harga kedelai bisa kembali turun. Agar beban masyarakat tidak terlalu berat.
"Kalau harapan saya kedelai turun lagi, kembali ke awal 7 ribu. Apalagi ini lagi musim Corona biar masyarakat tidak terlalu berat bebannya," harapnya. (Meg/me)
0 Komentar