IKLAN




 

Ponpes Assalam Juga Kembangkan Ekonomi


"Pondok Pesantren tidak hanya identik dengan pendalaman Agama Islam semata, pemberdayaan ekonomi mandiri untuk santriwan dan santriwati juga diajarkan untuk masa depan mereka"

Kyai Haji Usman
Hari Santri Nasional

BLORA, ME - Pondok Pesantren Assalam adalah Pondok Pesantren tertua di Blora, didirikan pada tahun 1917, oleh Kyai Haji Usman, yang juga salah satu Tokoh Pendiri Organisasi Nahdhlatul Ulama Cabang pertama di Blora,  turut memperingati Hari Santri Nasional 22 Oktober 2020, dengan membagikan ratusan kaos gratis, untuk para santri dan masyarakat sekitar Pondok Pesantren yang berlokasi di Jl. Diponegoro Lr. 3 Nomor 21 Cepu ini.

Salah satu Pengurus sekaligus Cucu KH Usman, Gus Anief Usman mengungkapkan, bahwa Peringatan Hari Santri Nasional dilaksanakan dengan cara yang berbeda, akibat dari maraknya pandemik Covid 19.

"Kami peringati Hari Santri ini, dengan membagikan kaos gratis, untuk santriwan  - santriwati dan masyarakat sekitar Pondok, semoga tetap bisa mendapatkan barokah dan doa kami, semoga Allah SWT, dapat mengakhiri cobaan pandemik Covid 19 ini, dan bisa memberikan hikmah kepada umat manusia untuk hidup bersih, dan kembali bertawakal kepada- NYA, Allah Maha Besar," paparnya kepada Monitor Ekonomi.

Pemberdayaan Ekonomi

Pondok Pesantren Assalam Cepu, ternyata bukan Pondok Pesantren biasa, yang hanya mengajarkan santrinya untuk memperdalam Ilmu Agama Islam, yaitu belajar Al Qur'an dan Hadits saja, akan tetapi juga diajarkan pemberdayaan ekonomi, yaitu belajar usaha perikanan darat dan perdagangan air isi ulang di Pondoknya.

"Harapan kami, para santri kami,  selain menjadi Ahli Agama Islam yang berakhakul karimah, cinta tanah air, meneruskan perjuangan Nabi Besar Muhammad SAW, dan para Pendiri NU yaitu mewujudkan Islam yang Rahmatan Lil Alamin, kami juga ajarkan para santri untuk berbisnis secara mandiri, yaitu perikanan budi daya lele dan perdagangan air isi ulang," imbuh Gus Anief.

Omzet Rp. 40 Juta

Saat dikonfirmasi terkait omzet dari budi daya lele dan perdagangan air isi ulang, Gus Anief mengungkapkan cukup besar, yaitu sebesar Rp. 40 Juta per bulan.

"Alhamdulillah, dari budi daya tujuh kolam ikan lele dapat menghasilkan omzet sebesar Rp. 40 Juta per bulan, dan untuk air isi ulang juga cukup lumayan, untuk memenuhi kebutuhan pondok dan warga pelanggan kami di Cepu, dan para santri cukup senang bisa belajar usaha yang diajarkan di Pondok Pesantren, semoga bisa menjadi bekal mereka, setelah lulus belajar dari Pondok kami," ujarnya kembali. (Rome)


Posting Komentar

0 Komentar