IKLAN




 

Akankah Massa Banteng Terpecah Di Blora

"Dua politisi perempuan PDIP Blora dipastikan akan maju dalam Pilkada Blora, perseteruan itu bak api dalam sekam, pasalnya mereka maju melalui kereta yang berbeda, mungkinkah massa Banteng terpecah di Pilkada Blora?"

Pertanyaan di atas jelas akan dijawab dengan tegas, massa Banteng akan tegak lurus dengan Komando Ketua Umum DPP PDIP, Megawati Soekarnoputri, untuk mengamankan rekomendasi Bakal Calon Bupati dan Wakil Bupati di seluruh Indonesia, termasuk Kabupaten Blora untuk bertarung di Pilkada Serentak, pada 9 Desember 2020, yang akan datang.

Seperti yang kita ketahui, DPP PDIP menyerahkan mandat atau rekomendasi atau apapun itu, kepada pasangan H. Arief Rohman, MSi yang berasal dari PKB sebagai Bakal Calon Bupati, dan Tri Yuli Setyowati, ST, MM, politisi sekaligus Anggota DPRD Blora, dari PDIP, untuk duduk sebagai Wakilnya, sedangkan PDIP adalah peraih kursi terbanyak di DPRD, yaitu 9 kursi, dan PKB meraih nomor dua 8 kursi.

Namun, menjelang masuk tahap pendaftaran Bakal Calon Pilkada Blora di Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD) Kabupaten Blora, kubu Arief Rohman - Tri Yuli Setyowati yang lebih dikenal dengan Artys, diguncang prahara. Manuver politisi elit DPC PDIP Blora, Dra. Dwi Astutiningsih, yang juga anggota DPRD Blora dua periode, menimbulkan pertanyaan besar, Ada Apa dengan Banteng? Mengapa dan Bagaimana? 

Ya, tiba - tiba wacana pasangan poros ketiga,  memunculkan pasangan Dra. Dwi Astutiningsih - Reza Yudha Prasetya, yang notabene keduanya adalah politisi elit dari Partai Banteng Mencereng. Akan diusung oleh koalisi Partai Demokrat, Golkar, dan Perindo, yang meskipun hingga saat ini belum jelas kapan rekomendasi diturunkan.

Akan tetapi, kondisi seperti ini, cukup merisaukan, massa "Banteng Mencereng" bisa dipastikan terpecah, karena keduanya juga memiliki basis massa yang kuat di tingkat akar rumput, Reza Yudha sudah dari awal menggarap massa tersebut, sementara Dwi Astutiningsih, juga telah memiliki massa yang menyokongnya dua kali duduk di kursi DPRD Blora, ditambah massa dari Partai Koalisinya. Jelas sudah, suara Artys digerogoti, dan terancam, bila tidak memiliki strategi yang jitu.  

Dan dari perseteruan itu, bisa jadi pasangan  Dra. Hj. Umi Kulsum dan Agus Sugiyanto, SE, atau Umat, memanfaatkan peluang yang ada, setelah agak terseok - seok karena panggilan dari KPK sebagai saksi atas kasus dugaan korupsi PT Dirgantara Indonesia, kepada Bupati Blora, Djoko Nugroho, yang notabene adalah suami dari Umi Kulsum, cukup mempengaruhi elektabilitasnya, atau peluang itu juga bisa menguap, manakala kasus tersebut terus menggelinding bak bola salju. Artinya, pertempuran teman satu angkatan, Arief - Reza, Tri Yuli - Tutik, tak terelakkan, silahkan mainkan bidak catur anda, jangan lupa sambil ngopi. (Rome)

Posting Komentar

0 Komentar