IKLAN




 

Melepas Bayangan Dinasti Dan Oligarki Parpol


"Kemunduran keluarga Bupati Blora incumbent dalam bursa Pilkada 2020 ini, dan  termasuk Abu Nafi, adalah bentuk kematangan kemawasan diri, sekaligus membukakan pintu bagi calon - calon terbaik untuk masuk dalam kontestasi, sehingga tidak ada kesan "Loe lagi - loe loe lagi". Sekaligus melepaskan bayangan bagi upaya pembentukan oligarki Parpol. Hal ini bisa menjadi angin segar perubahan, bagi Blora untuk menjadi lebih baik. Beberapa nama yang mengerucut dan serius, bisa menjadi pilihan yang terbaik dari yang terbaik. Kita ambil nama yang pertama, Arief Rohman, MSi, Wakil Bupati Blora, politikus muda dari PKB, adalah salah satu contoh generasi cendekiawan muslim muda Nahdhlatul Ulama, yang sukses memainkan perannya untuk urusan kesejahteraan rakyat, sosial dan penanggulangan kemiskinan. Urusan "Akhirat" yang kering itu, dengan sabar dijalankan. Calon kedua, Riza Yudha,  Alumnus UGM hingga Pasca Sarjana, meski enggan menyebutkan gelarnya, adalah teman seangkatan saat di SMPN 1 Blora, Arief Rohman, adalah sosok muda yang sukses menembus batas, berkat perjuangan keras dan kecerdasannya,  bisa masuk dalam lingkaran Istana Negara, sebagai Asisten Staf Khusus Presiden bidang politik dan komunikasi publik (2015 - 2020), karier sebelumnya pun cukup mentereng yaitu menjadi Tenaga Ahli Anggota DPR PDIP Arya Bima, salah satu politisi terbaik dari Partai Banteng Mencereng itu. Pengalaman bekerja di birokrasi Pusat itu akan diterapkan demi kemajuan Blora, dengan jargon "Balik Kandang Mbangun Blora", keduanya adalah "Orang Asli Blora", sementara itu, calon yang ketiga, adalah calon impor alias dari luar Blora, namun pernah menorehkan pengabdian di Blora, sebagai PJ Bupati Blora, Dr. Ir Ihwan Sudrajat, MM, meski hanya 7 bulan (2015-2016), beberapa prestasi menaikkan tunjangan penghasilan pegawai (TPP), Penetapan APBD tepat waktu, Anggaran Pendidikan Inkubasi, Peningkatan Pendapatan Asli Daerah yang signifikan, adalah upayanya yang nyata, meskipun hanya singkat, namun berdampak meluas hingga kini. Dengan jargonnya "Blora Mentas", Ihwan Sudrajat menyampaikan bahwa meskipun bukan orang asli "thek Iyek" Blora, karena keaslian itu memang bukan jaminan, yang jelas pameo lama, "Di mana bumi dipijak, di situlah langit akan dijunjung". Jadi Blora saat ini, memiliki kontestan yang berasal dari "Terbaik dari yang Terbaik", untuk menjadi pilihan, sebaiknya buang jauh - jauh wacana atau bahkan upaya penggalangan dan pengkondisian "Calon Tunggal", bertempurlah dengan gagah dan satria. (Rome)

Posting Komentar

0 Komentar