IKLAN




 

Diduga Suara Digelembungkan, Beberapa Ketua Partai Resah!


Edi Harsono, tunjukkan bukti kecurangan Pemilu Legislatif
Pertemuan Ketua Partai
Blora-ME, Beberapa Ketua Partai resah oleh adanya dugaan penggelembungan suara yang menguntungkan salah satu partai. Bertempat di kediaman Edi Harsono, Ketua DPC Partai Hanura Blora, beberapa petinggi partai politik yang sekaligus peserta bertemu, untuk membahas dugaan kecurangan Pemilu Legislatif, yang saat ini sedang dalam tahap rekapitulasi tingkat Kecamatan. Tampak hadir antara lain, Bambang Susilo, Ketua DPC Partai Demokrat, Abu Nafi, Ketua DPC PPP, Siswanto, Ketua DPD Partai Golkar, Yulianto, Ketua DPC Partai Gerindra, dan Bambang, Ketua DPC Partai Perindo, pada Jumat siang (19/4/2019).
Temuan bukti C1

Dalam konferensi persnya, dihadapan para awak media, Ketua DPC Partai Demokrat mengungkapkan kekecewaannya atas dugaan pelanggaran Pemilu, yaitu penggelembungan suara, berdasarkan temuan dari form C1 dari para saksi - saksi.

" Kami berharap pelaksanaan pemilu ini bisa berjalan dengan jujur dan adil, tanpa ada kecurangan manipulasi data, namun sayang hal itu tidak sesuai dengan harapan masyarakat, dengan adanya temuan dari teman - teman dengan bukti C1, diduga terjadi penggelembungan suara, oleh karena itu, kami meminta agar KPU dan Bawaslu bisa menindaklanjuti masalah ini," ungkapnya.
Dugaan gelembungkan suara

Sementara itu, Edi Harsono, Ketua dari DPC Hanura yang sekaligus juga calon anggota legislatif tingkat Propinsi Jawa Tengah 5, dari Daerah Pemilihan Kabupaten Blora dan Grobogan, menjelaskan, bahwa modus penggelembungan itu, terjadi hanya di satu partai, yang merupakan rivalnya, yaitu Partai Nasdem.

" Kalau memang ini kesalahan kenapa terjadi berulang - ulang, di Partai dan nomor calon yang sama, ini patut diduga ada unsur kesengajaan dan berlangsung secara sistematis dan masif, ini jelas merugikan kami, dan partai lainnya, contohnya dari TPS 1 Desa Gembol, semestinya ini totalnya 33, tapi mengapa ini tertulis 83," paparnya sambil menunjukkan bukti - bukti form C1, yang berasal dari beberapa saksinya.

Mochammad Khamdun, Ketua KPUD Blora
Plano jadi kunci
Sementara itu di kantor Kecamatan Blora Kota, proses rekapitulasi tengah berlangsung. Rekapitulasi yang dimulai sejak pagi tadi, terdiri dari 3 panel, yang masing - masing panel akan merekap hasil perhitungan suara dari 4 desa, total panel hingga selesai untuk rekapitulasi adalah 12 desa.

Menanggapi adanya temuan dugaan penggelembungan suara tersebut di atas, Ketua Komisi Pemilihan Umum Daerah ( KPUD ) Blora, Mochammad Khamdun, menyampaikan, bahwa terjadi penggelembungan itu tidak mudah terjadi.

" Sebenarnya sangat sulit untuk melakukan kecurangan seperti dugaan penggelembungan suara tersebut, mengingat pemilu dilaksanakan secara terbuka, ada saksi - saksi, pengawas TPS, Bawaslu dan masyarakat yang dapat melihat langsung prosesnya, jadi ini harus detail laporannya, terjadi di TPS mana, salinan form C1nya mana, kita cocokkan, dengan plano yang berhologram, karena form C1 adalah disesuaikan dengan plano tersebut," paparnya kepada para awak media, disela - sela kesibukannya memantau proses relapitulasi di Pendopo Kecamatan Blora.

Sugi Rusyono, Anggota Bawaslu
Kabupaten Blora.
Bawaslu kawal suara
Senada dengan Ketua KPUD Blora, anggota Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu), Sugi Rusyono, menyampaikan bahwa kecurangan sangat diminimalisir celahnya, agar tidak terjadi, untuk melindungi suara parpol.

" Bawaslu benar - benar mengikuti seluruh tahapan Pemilu dengan sebaik - baiknya, agar tidak terjadi kecurangan dalam pelaksanaan pemungutan dan perhitungan suaranya, kami ada personil dari Pengawas TPS, yang akan merekam semua kegiatan dan dokumen - dokumen di masing - masing TPS, seluruh data kami komplit, baik salinan C1, maupun foto - foto dokumentasi dari setiap plano, itu yang menjadi bukti - bukti kami, bisa disandingkan bila ada sengketa Pemilu, jangan ragukan kami, suara anda benar - benar kami kawal, hingga ini selesai, kalau ada kesalahan yang tidak sengaja, sehingga salah menulis, saat inilah, kesempatan untuk memperbaiki, karena faktor kelelahan. bisa jadi membuat KPPS berbuat kesalahan, perhitungannya sangat lama dan hingga larut malam. benar - benar menguras tenaga dan pikiran," ujarnya. (rome)

Posting Komentar

0 Komentar