IKLAN




 

Potensi Wisata Desa Sidomulyo Diangkat Jati kuning dalam Grebeg Suran

Banjarejo, ME - Pemerintah desa Sidomulyo, Kecamatan Banjarejo, Kabupaten Blora, Jawa Tengah sukses menggelar Grebeg  Suran Jati Kuning. Geliat budaya yang baru pertama kali digelar di wilayah desa setempat itu mendapat apresiasi berbagai kalangan dan respon positif.
Kepala Desa Sidomulyo Rosidi menyampaikan acara itu terselenggara selain memeriahkan bulan  Suro Tahun Saka (Jawa) juga bertujuan mengangkat pedepokan Jati Kuning sebagai ikon lokasi wisata.
“Jadi ini baru pertama kali dilaksanakan. Dimana desa Sidomulyo yang termasuk kategori desa miskin memiliki padepokan Jati Kuning peninggalan salah satu tokoh spiritual yakni Mbah Jamal. Beliau cukup dikenal,” kata Rosidi Kades Sidomulyo, di Blora, Senin (24/9).
Sehingga, lanjut Rosidi, atas persetujuan keluarga, sejumlah tokoh, pelaku, pegiat praktisi budaya, disepakati Jati Kuning sebagai ikon untuk mempromosikan potensi wisata lokal di desa Sidomulyo.
“Lokasinya berada di dusun Jurangjero atau di kawasan hutan jati. Sedangkan di seputar Jati Kuning ada bendungan yang airnya bisa dimanfaatkan untuk pertanian dan lokasi pemancingan ikan,” ujarnya.
Grebeg  Suran Jati Kuning dilaksanakan selama tiga hari mulai  Sabtu, 22 September 2018 hingga Senin, 24 September 2018.
Selama tiga hari itu digelar acara pameran produk lokal, lomba pentas seni, lomba mancing ikan di bendungan Jurangjero dan kirab suran Jati Kuning serta pementasan wayang kulit.
“Kami mohon maaf  jika masih banyak kekurangan. Tentu saja ini sebagai bahan evaluasi untuk penyelenggaraan di tahun yang akan datang. Persiapannya juga cukup singkat, hanya dua minggu. Tepati antusias warga dan pemuda serta sejumlah pihak adalah bukti gotong royong dan kebersamaan yang melekat,” kata Rosidi.
Menarik perhatian, ketika kirab Suran Jati Kuning berlangsung, Senin (24/9). Acara dimulai tengah hari dalam cuaca terik dari kantor desa dan berjalan sejauh dua kilometer menuju lokasi padepokan Jati Kuning. Camat Banjarejo, Margono, merestui langsung pelaksanaan kirab.   
“Acara ini untuk melestarikan seni budaya tradisional, menggugah semangat dan mendorong mewujudkan Jati Kuning sebagai potensi wisata desa. Selain itu ada bendungan Jurangjero yang ke depan bisa dimanfaatkan sebagai tempat wisata air menggelar lomba mancing ikan,” kata Camat Bnajarejo, Margono.  
Arak-arakan diiringi kelompok marching band. Sedangkan kepala desa Sidomulyo dan istri berpakaian ala raja tanah Jawa dengan naik kuda.
Putra Bupati Blora yakni Prayogo Nugroho ikut tampil memeriahkan naik kereta kuda dengan mengenakan pakain adat Jawa. Demikian halnya salah seorang anggota DPRD Blora Siti Rohmah Puji Astuti yang tampil mengenakan pakaian adat Jawa dan menebar senyum kepada penonton sambil naik kereta kuda.
Pembawa keris pusaka dan tumpeng serta gunungan berisi palawija menjadi pemantik prosesi ritual kirab Suran Jati Kuning.
Disusul geliat arak-arak pemuda dan warga setempat menampilkan aneka produk hasil pertanian, produk seni budaya, kesenian Islam, replika binatang dan pohon jati.
Setiba di padepokan Jati Kuning, keris pusaka peninggalan leluhur disimpan. Namun sebelumnya dilakukan doa yang dipimpin oleh tokoh adat dari desa setempat dan dari Solo.
Rebutan gunungan berisi hasil pertanian, menambah suasana semarak bagi warga yang sejak pagi menantikan puncak acara budaya di seputar padepokan Jati Kuning.  
Usai prosesi kirab dilangsungkan pertunjukan sejumlah seni tari dari pelajar, mahasiswa dan  dosen Institut Seni Indoensia (ISI) Surakarta.
Pada kesempatan yang sama, pewaris padepokan Jai Kuning, Pukuh Setiwan mengemukakan terselenggaranya acara semata-mata bukan hanya dorongan dari pihak keluarga almarhum Mbah Jamal.
“Melainkan disengkuyung semua elemen masyarakat. Meski baru pertama kali digelar. Kami merasakan ada aura positif untuk dilanjutkan pada tahun-tahun mendatang,” jelasnya.  
Lebih lanjut dijelaskan, padepokan tersebut didirikan pada 2003. Sedangkan Mbah Jamal sendiri adalah salah satu tokoh aliran kejawen yang sudah meninggal di 2013 lalu.
Untuk menuju padepokan ini, perlu menempuh jalan yang terbuat dari batu kapur. Dari arah Blora menuju Randublatung, tepatnya setelah Dukuh Karangpace, Desa Klopoduwur ke kanan menyusuri hutan jati. Atau dari pusat kecamatan Banjarejo ke timur lebih kurang 5 kilometer.
Nama Jati Kuning, adalah sebuah batang pohon jati yang diselamatkan oleh Mbah Jamal kemudian diangkat, didirikan dan dibuat tugu di padepokan Jati Kuning.
Pohon jati itu, sebelumnya menggelantung akan roboh di tepi jurang. Setelah roboh dan tenggelam  di air kemudian diangkat.  
Di pedepokan Jati Kuning kerap didatangi warga untuk melakukan meditasi atau ritual untuk menenangkan batin.
“Kalau itu bisa diangkat menjadi destinasi wisata berbasis kearifal lokal. Tentu juga mendorong geliat perekonomian warga masyarakat sekitar,” kata Pukuh Setiawan, menantu almarhum Mbah Jamal.    
Sementara itu, Hari Mulyatno, praktisi dan pegiat seni dari Surakarta menilai bahwa kegiatan budaya itu bisa diterima oleh masyarakat dan berbagai kalangan. Baik sebagai pelaku atau sebagai penonton.
“Acara ini bisa diterima berbagai kalangan. Menggerakkan hati warga untuk datang dan menonton atau mengikuti acara. Ini sangat bagus dan perlu dilanjutkan,” ujarnya. (MC Kab. Blora/Teguh).

Posting Komentar

0 Komentar