Mbah Ngasri dan Yunasri membuat anyaman dari bambu |
Jepon, ME - Pusat pembuatan anyaman bambu di kabupaten Blora dapat kita jumpai disebuah
desa yang tidak jauh dari perkotaan kota tersebut. Desa Sumurboto yang terletak
di kecamatan jepon kabupaten blora, menjadi pusat pengrajin anyaman bambu, yang
dibentuk berbagai jenis model.
Dunak, Bakul,
anting, dalam istilah setempat (bahasa Jawa) adalah produk yang dihasilkan dari
masyarakat desa Sumurboto.
Menganyam bambu yang sudah
dipotong-potong memanjang per 50 cm, dengan
lebar 1 cm. Siang hari yang panas terik tak menyurutkan Yunasri, Istiqomah dan Ngasri untuk bekerja membuat bakul, atau dunak dalam bahasa jawa.
Sambil menggerus bambu dengan pisau kecil yang tajam. Bambu itu dikikis hingga tipis agar bisa dilengkungkan untuk rangka dunak bagian atas dan bawah. Sedangkan Ngasri yang dipanggil mbah, karena memang usianya sudah sepuh sibuk menganyam potongan bambu
untuk badan dunak, begitu juga dengan
Yunasri.
Masing-masing sibuk dengan perannya untuk membuat satu dunak. Kerjasama tim yang mereka bangun sangatlah bagus, masing-masing memiliki tugas dan
tanggung jawab untuk menjadikan sebuah produk unggulan yang akan dihasilkannya.
Hari itu Monitor Ekonomi berkesempatan untuk mengabadikan usaha ekonomi mikro kecil dari warga desa Sumurboto, Kecamatan Jepon. Yang ternyata memang sudah menjadi mata pencahariaan seluruh warga Sumurboto,
meskipun produknya berbeda-beda.
Dibagian lain ada yang membuat capil, ada yang membuat bakul, anting, ikrak (tempat sampah) dan lainnya, dengan bahan yang sama yakni bambu ngapus.
" Dunak kami diambil oleh pedagang dari Brumbung, Jatirogo
dan Rembang, setengah jadi, artinya tanpa dicat atau diplitur, harga Rp4.000,- — Rp5.000,- per bijinya, untuk ukuran tanggung,
tapi kalau lagi musim sedekah Bumi
(Gasdeso) bisa Rp8.000,- — Rp10.000,- per bijinya," kata Mursidi,
Ia menambahkan Bahan baku yang mereka pakai didapatkan didesa Sumurboto sendiri, desa tersebut untuk bambu
jenis tersebut melimpah.
Peralatan Sangat Sederhana
Melihat
keterampilan dan keahlian mereka tidak dapat
diragukan lagi. Produk mereka sangat bagus dan kuat. Namun untuk waktunya memang lambat, mengingat peralatan mereka yang sederhana, dan ada juga yang dibuat sendiri oleh mereka. Contohnya adalah uncek, yang terbuat dari jari-jari pelek sepeda motor yang digepengkan,
kemudian dipotong miring lancip berfungsi
untuk melubangi bambu, agar bisa dipasang
tali pengikat antara rangka dan anyamannya.
Peralatan yang digunakan masih sangat sederhana perlu dipercanggih |
Pernah
ikuti pelatihan dari Disperindagkop Blora
Kami memang pernah ikut pelatihan
dari pemerintah, membuat
besek pindang, kerei untuk lantai, dan membuat tas dari
pelepah pisang. kami bisa membuat semua itu, tapi kami sulit memasarkan. pernah juga dapat order bikin besek pindang 1.000 biji, tapi harganya Cuma Rp50,- per biji, ya kami gak mau to, buat apa, gak cucuk mas, akhirnya kami bikin
dunak saja sudah ada bakul yang akan ngambil," kata Yunasri
Sementara itu, ditempat yang berbeda, Kades
Sumurboto, Suprapti mengungkapkan,
Merasa kesulitan
untuk merubah mindset dari pola pikir warganya.
"Sulit merubah mindset warga
kami, mereka sudah seneng kerjakan itu, laku meskipun hasilnya minim, saya sudah berusaha untuk memberikan pelatihan produk yang lain, misalnya bikin kap lampu, tempat tisu dan rak koran, yang pengerjaannya Iebih simple, namun bernilai
ekonomis lebih tinggi. Tapi ya itu tadi mereka takut nggak laku, namun kami akan
upayakan lagi, mungkin
dengan melalui Bumdes," paparnya.
0 Komentar