"Akibat penyakit gula basah, kaki Supardi, penjual mainan anak - anak keliling harus merelakan kakinya diamputasi, dan hingga kini, mestinya masih membutuhkan perawatan yang intensif dari fasilitas kesehatan negara"
Sakit Gula Basah
BLORA, ME - Pasangan suami istri penjual mainan keliling, Supardi dan Juwarti harus berjuang keras untuk sekedar bertahan hidup. Dengan pendapatan yang sangat minim, berupaya seadanya untuk melawan sakit gula basah yang diderita sang suami, Supardi, warga Jl. Mr. Iskandar 10 C RT 01 RW 04, Kelurahan Jetis, Kecamatan Blora Kota.
Karena suami sakit gula basah dan telah diamputasi kakinya, sang istri Juwarti, harus bekerja keras berjualan mainan keliling. Untuk membiayai kebutuhan keluarga, pasangan tanpa anak ini, harus bekerja dan merawat sang suami yang terbaring sakit lima tahun terakhir ini, atau sejak tahun 2017.
“Sejak suami sakit, saya jualan sendirian di depan rumah Dokter Anak, dr. Budi D, SpA, di Jalan Arumdalu dan Dokter Anak, dr. Saryanto, di sekitar Taman Tirtonadi dan bahkan sering bila ada tontonan/hiburan, untuk mremo,” ungkap Juwarti.
Pendapatan Minim
Usahanya tersebut, kata Juwarti pendapatannya tidak pasti, bahkan sering pulang tanpa membawa uang, alias tidak terjual mainan anak - anak dagangannya. Akibatnya, jangankan untuk berobat, untuk memenuhi kebutuhan hidup pun terpaksa berhutang, dan terkadang mendapatkan uluran tangan warga disekitar.
"Setidaknya, kebutuhan perawatan suami saya Perban, Betadine, Amoxcylin, harus ada dalam seminggu untuk menutup luka pada pergelangan kaki sebelah kiri yang hampir putus pada suami karena sakit Diabetes (gula basah), saya sedih kalo pulang dagangan gak laku, gak dapat uang." ujarnya memelas.
“Berdagang seperti halnya nelayan yang menjala ikan. Banyak, sedikit, bahkan kosongpun sering dilalui. Sementara luka, harus ada dalam seminggunya (obat),” papar Juwarti didampingi Supardi, pada Sabtu (23/10/2022).
Butuh Perhatian Pemerintah
Meskipun sudah punya Kartu Indonesia Sehat (KIS), baik Supardi maupun Juwarti masih enggan memeriksakan penyakitnya, ke Fasilitas Kesehatan milik Pemerintah, karena suami tidak bisa berjalan sendiri. Juwarti sudah setahun ini, terpaksa harus menggendong suaminya untuk menuju ke kamar mandi.
“Saya pengen kalau suami sudah sembuh nanti, meskipun harus diamputasi, bisa berdua dengan suami berdagang bersama, menggunakan motor matic roda tiga, semoga bisa dibantu untuk roda tiganya,” terangnya.
Sementara itu, Supardi mengatakan bahwa harusnya ini menjadi tanggungjawabnya, dan tidak membebankan sepenuhnya kepada istri. Namun lima tahun terakhir ini, ujian dari Nya begitu luar biasa, hanya dapat bersimpuh diatas ranjang tempat tidur.
“Harusnya saya yang menafkahi, bukan sebaliknya,” kata Supardi.
Minta Diamputasi Kaki
Supardi merasa beruntung punya istri seperti Juwarti, istrinya adalah sosok yang penyabar. Dari mulai merawat, memandikan, menggantikan perban, bahkan menggendong.
Karena pergelangan kaki kirinya, sudah terlihat hampir putus. Supardi berharap kepada Pemerintah Kabupaten Blora dan Instansi terkait dapat memberikan solusi untuk sakit gula ini dan mendapatkan bantuan kaki palsu.
“Di amputasi, saya bersedia. Dan semoga Pemkab Blora, TNI maupun Polri dapat memberikan solusi, kaki palsu,” harap Supardi.
Saat Monitor Ekonomi memberikan data terkait kondisi pasangan miskin Supardi dan Juwarti kepada Bupati Blora, Arief Rohman menanggapinya dengan baik, dan akan segera menindaklanjutinya untuk mengecek kondisi Supardi.
Di saat yang sama Kapolsek Blora Kota, AKP Yulianto bersama Lurah Jetis, datang mengunjungi kediaman Supardi dan Juwarti dengan membawa bantuan sembako untuk kebutuhan pangan mereka. (Gun/me).
0 Komentar