IKLAN




 

SUMAKER


Santoso Budi Susetyo


“Aku merasa bersalah kalau beli sesuatu yang baru atau mahal. Aku mikirnya gini, misalnya gini, tas branded harganya Rp. 30 juta. Bayangkan, berapa keluarga atau anak yang bisa aku sekolahin atau kasih makan dengan uang Rp. 30 juta,” kata Cinta Laura dikutip dari potongan video podcast kanal YouTube Gritte Agatha yang viral di Twitter. 

Bisa jadi terasa wajar dan biasa, jika yang mengucapkan kata-kata inspiratif itu keluar dari dari orang "biasa" apalagi jika realita  kondisi finansialnya pas-pasan. Namun bagi seorang selebriti yang identik dengan dunia serba mewah nan glamor sikap ini menjadi terasa istimewa dan menyentuh hati.

Terasa mulia karena empati, rasa bersalah kepada yang kurang mampu dijadikan alasan untuk tidak membeli barang mewah. Selanjutnya diandaikan nominal membeli kemewahan itu dikonversikan jika disalurkan untuk aksi kemanusiaan. Tidak heran banyak yang tersentuh hatinya, apresiasi dan rasa salut disampaikan warganet kepada pesohor papan atas itu.

Sederhana adalah pilihan kata yang pas untuk menggambarkan gaya hidup yang demikian. Jika melihat reputasinya sebagai bintang kiranya jika mau bagi dia sangat mampu untuk menuruti hasrat hidup dalam kemewahan.

Sederhana adalah kebiasaan atau perilaku sehari-hari yang dilakukan sesuai kebutuhan dan kemampuan serta tidak mencerminkan sikap yang berlebihan atau mengandung unsur kemewahan. 

Cinta Laura mungkin sedikit yang terekspos dari banyak orang yang bergaya sederhana sebagai pilihan hidupnya padahal sebenarnya berkecukupan untuk berpenampilan wah penuh kebanggaan.

Rupanya ada beberapa orang di antara kawan saya yang berfikir demikian. Dibalik Penampilan yang sederhana sejatinya mereka adalah orang yang berkecukupan. Sebagian orang dengan nada miring ada yang mengatakan SUMAKER ( sugih macak kere )

Beberapa kali menyaksikan kedermawanan mereka. Bahkan sebenarnya infaq sedekah mereka termasuk tidak sedikit namun supaya tidak riya, menutupi adalah sikap untuk hati-hati.

Suatu siang, seorang kawan menelpon saya. Rupanya dia mau menyerahkan uang sumbangan pribadi untuk pembangunan fasilitas bersama. Tujuh juta rupiah, nominal yang tidak sedikit saat itu.

Setahu saya beliau tinggal di perumahan yang sederhana, mobil juga sudah tua jauh dari kekinian. Prinsip orang sederhana adalah berorientasi pada asas manfaat dan kegunaan bukan merk dan penampilan.

Beberapa aksi heroik nan istimewa seperti itu saya saksikan diantara kawan yang lainnya. Namun kesahajaan rupanya telah menjadi pandangan hidupnya. Tampak mereka senantiasa berusaha membuang sikap egois dalam hidupnya.

Namun pada lain sisi kita tidak boleh serta merta mengatakan bahwa orang yang berpenampilan mewah telah mati hatinya, tidak empati dan egois. Bisa jadi tetap berpenampilan trendi dengan barang bermerk, namun pada saat yang sama mempuyai kelembutan hati, kepedulian, suka membantu dan mempunyai empati yang tinggi terhadap sesama.

Masing-masing orang punya prinsip dan gaya hidup yang berbeda namun setiap pilihan akan dibalas dan dimintai pertanggungjawaban. (SBS/me)

Posting Komentar

0 Komentar