IKLAN




 

Festival Cerita dari Blora Perkuat Ekosistem Budaya

Press Conference Pelaksanaan Platform Indonesiana di Blora
Blora Lolos Platform Indonesiana
Sekitar 30 daerah dari kota, kabupaten dan provinsi telah melamar dalam platform Indonesiana yang diprogramkan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia tahun 2018. Namun ada beberapa daerah yang gugur di tengah jalan dan ada yang digugurkan karena tidak mengakomodir komunitas sebagaimana yang ditentukan.
Demikian itu disampaikan oleh Staf Ahli Kemendikbud RI Anung Karyadi di hadapan sejumlah pewarta media menjelang pelaksanaan festival budaya Cerita dari Blora dalam jumpa pers (press conference), Minggu (9/9/2018).

Pendampingan Selama Tiga Tahun
 “Oleh karena itu kami punya banyak kriteria, sehingga hanya sembilan yang dinyatakan lolos. Salah satunya adalah Kabupaten Blora. Sehingga kami membantu Blora. Platform Indonesiana ini, akan mendampingi daerah minimal tiga tahun ke depan,” kata Anung Karyadi. Harapannya, kata dia, pada tahun pertama masih 30 persen, karena prosesnya yang dikejar, bukan festivalnya. "Kalau festival, Blora sudah berpengalaman. Seperti festival barongan sudah beberapa kali. Ada festival tayub dan kuliner makan sate. Akan tetapi, yang perlu diterapkan adalah manajemen festival itu bagaimana ?” ujarnya. Oleh karena itu, kata dia, didatangkan profesional-profesional untuk melakukan workshop di Kabupaten Blora.

Pendanaan Gotong Royong
“Pada tahun 2019 sudah ada 45 kabupaten kota yang mengajukan. Selanjutnya nanti akan dilakukan evaluasi, apakah memperkuat ekosistem budayanya atau sekadar event saja ? Bagaimana pendanaanya. Harus gotong royong,’’ jelasnya. Masalah pendanaan, lanjutnya, digelontorkan langsung kepada komunitas penyelenggara. “Sehingga uang disampaikan secara transparan,” tandasnya.
Masih menurut Anung, ada syarat dasar untuk mengajukan yang harus di penuhi oleh daerah, yaitu harus memiliki strategi kebudayaan yang dituangkan pada pokok pikiran kebudayaan daerah (PPKD).
Blora Kabupaten Pertama Miliki PPKD
“Blora sudah memiliki PPKD, dan termasuk enam kabupaten pertama yang membuat PPKD,” ucapnya. Masih menurut Anung, berdasarkan pernyataan dari Menteri Dikbud, ada beberapa daerah yang terancam tidak mendapatkan Dana Alokasih Khusus (DAK) karena tidak memiliki PPKD. "Dan Alhamdulilah, setelah pernyataan Pak Menteri itu banyak daerah berbondong-bondong buat PPKD. Bahkan Blora juga ikut sibuk karena menjadi tempat studi banding PPKD,” katanya.
Yang perlu diketahui dan dipahami bersama, kata Anung, adalah adat gotong royong.
“Gotong royong itu siapa saja ? Ada APBD, ada APBN, dan komunitas. Pelaku budaya itu tidak hanya dihitung uangnya saja, melainkan partisipasinya juga diperhitungkan,” katanya.
Festival Cerita dari Blora, kata Anung, adalah miliknya Blora. Pihaknya akan membantu memperkuat.

Harapan Target Tiga Tahun
“Target tahun pertama dalam belajar. Tahun ke dua harapannya lebih baik dan tahun ke tiga kalau sudah bisa di lepas akan akan dilepas tetapi kalau masih perlu dibantu akan dibantu, karena kita juga sudah ditungu daerah-daerah lain. Platform Indonesiana merupakan upaya sistem kerja sama, dasarnya PPKD,” kata Anung Karyadi. Dikatakannya, kemendikbud masih mempunyai SOP standart dalam menentukan kerja sama dengan pihak ke tiga. Salah satunya tidak diperkenankan mendapat sponsor dari perusahan rokok. “Ke depan, kami masih belajar juga, dari masukan komunitas, maka akan kita tambah. Jadi upamanya perusahaan-perusahan yang memiliki masalah dengan lingkungan, hak asasi manusia. Itu pasti akan menjadi catatan. Masukan dari Blora ini akan membuat kami bisa belajar,” ungkap Anung.
Selain Anung Karyadi, ikut dalam jumpa pers yang dilaksanakan di ruang pertemuan Resto Joglo yakni Wakil Bupati Blora H. Arief Rohman, M.Si, Kepala Dinporabudpar Drs. Kunto Aji, TIC Indonesiana Fafa Utami dan pegiat budaya Blora Gatot Pranoto.

Pelaksanaan Indonesiana Sukses
Wabup Arief Rohman, antara lain menyampaikan agar pelaksanaan Festival budaya Cerita dari Blora bisa berjalan dengan sukses dan lancar supaya mendapat dukungan dari warga masyarakat dan publikasi melalui media. "Sebuah kota ini bisa dipacu, salah satunya dengan kebudayaan, seni dan sastra. Oleh karena itu kami mohon dukungan agar acara-acara Indoensiana ini berjalan dengan sukses. Nanti akan ada banyak yang hadir di sini dari berbagai daerah. Oleh karena itu, kita harus menjadi tuan rumah yang baik,” kata Wakil Bupati Arief Rohman.

Mimpi Blora Kota Ikon Seni Budaya
Mimpi kita, kata Wabup, Blora menjadi kota sastra seni budaya. Ikonnya adalah di rumah masa kecil Pramoedya Ananta Toer.
“Nanti di sana akan ditata, diberi joglo, home stay dan difasilitasi tempat untuk latihan sastra bagi para pelajar,” kata Wabup Arief Rohman.
Di tempat yang sama, Kepala Dinporabudpar Kabupaten Blora Drs. Kunto Aji menegaskan bahwa ruh Cerita dari Blora adalah gotong royong dan kerja bersama.
"Jadi ruhnya adalah gotong royong kerja bersama," tegasnya.
Pelaksanaan Oleh Komunitas Lokal
Sementara itu, Fafa Utami, tim produksi mengatakan, bahwa festival cerita dari Blora baru pertama dilaksanakan dan dikerjakan oleh komunitas di Blora. "Jadi begitu Blora lolos, kemudian dilaksanakan oleh teman-teman di Blora,” ujarnya. Menjawab pertanyaan wartawan tentang nara sumber yang akan didatangkan dalam sejumlah kegiatan Cerita dari Blora, menurut Fafa Utami, sudah dikondisikan dan dikoordinasikan. Masih di tempat yang sama, pegiat seni budaya Blora Gatot Pranoto menjelaskan sekilas tentang almarhum sastrawan Pramoedya Ananta Toer agar lebih dikenal dan dipahami sehingga menjadi salah satu bagian penting pada pelaksanaan acara tanggal 12 hingga 15 September 2018. (Roy).

Posting Komentar

0 Komentar